Ekspor Hasil Laut Indonesia Kalah Jauh Dibanding Vietnam

Vietnam melakukan re-ekspor, yang artinya seluruh produk yang diekspor negara ini adalah impor dari negara lain.

oleh Athika Rahma diperbarui 16 Sep 2019, 14:24 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2019, 14:24 WIB
Semester I 2018, Ekspor Perikanan Alami Peningkatan
Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan hasil ekspor perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) Risyanto, atau yang akrab disapa Aris, mengakui jika nilai ekspor hasil laut Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negara tetangga, Vietnam.

Ironisnya, hal ini terjadi karena Vietnam melakukan re-ekspor, yang artinya seluruh produk yang diekspor negara ini adalah impor dari negara lain, terutama Amerika Serikat dan Eropa. Vietnam membeli produk perikanan dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

"Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) proyeksi ekspor perikanan kita USD 5,9 miliar. Sementara Vietnam tahun lalu sudah USD 8,9 miliar. Mungkin tahun ini sudah USD 10 miliar atau belasan miliar dolar lebih," tuturnya di Jakarta, Senin (16/09/2019).

Sebagai informasi, agar bisa lulus ke pasar Amerika Serikat dan Eropa, produk perikanan Indonesia harus memenuhi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) tipe A supaya bisa memenuhi standar bahan makanan FDA (Amerika Serikat) dan BRC (Eropa).

Masalahnya, sertifikasi HACCP dinilai sulit didapat karena produk perikanan harus terus terjaga pengolahannya, sesuai standar. Sedangkan Vietnam, dengan teknologi lebih canggih, sudah bisa menyabet sertifikasi tersebut.

Selain itu, berdasarkan diskusinya bersama beberapa nelayan dan pelaku usaha perikanan lain, ternyata diaspora warga Vietnam di Amerika Serikat juga berpengaruh untuk mempermudah akses ekspor. "Mereka (Vietnam) punya diaspora di sana (Amerika) sehingga membuka distribusi produk Vietnam di sana," ungkap Aris.

KKP Ekspor Perdana Ikan Patin ke Arab Saudi

Semester I 2018, Ekspor Perikanan Alami Peningkatan
Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan hasil ekspor perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meluncurkan ekspor perdana ikan patin (Pangasius hypophthalmus) Indonesia ke Arab Saudi untuk kebutuhan makanan jamaah haji asal Indonesia.

Ekspor perdana ini dilepas di Instalasi Karantina Puspa Agro Sidoarjo, Jawa Timur, Senin 27 Mei 2019.

Dalam sambutannya, Plt. Direktur Jenderal PDSPKP, Nilanto Perbowo mengatakan, ikan patin hasil budidaya selama ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. 

Mengingat produksinya yang semakin meningkat, kini ikan patin Indonesia tak lagi hanya untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri, melainkan juga dapat diekspor ke Arab Saudi.

Ekspor perdana kali ini menurut dia, buah kerja sama APCI dan SMART-Fish Indonesia yang menangkap potensi patin Indonesia untuk memenuhi kebutuhan ikan jamaah haji Indonesia.

Sejauh ini, kebutuhan pasokan patin untuk jamaah haji Indonesia diperkirakan mencapai 540 ton.  Untuk memenuhinya, pihak APCI telah menyiapkan pasokan sekitar 300 ton patin yang terdiri dari 150 ton cut portion dan 150 ton fillet.

Dalam ekspor perdana ini dikirim sekitar 3 kontainer  (kurang lebih 63 ton) ikan patin. Sisanya akan dikirim secara bertahap. 

"Komoditas patin ini sendiri baru untuk kebutuhan jamaah haji. Harapannya dengan ekspor perdana ini nantinya bisa merambah ke negara-negara lain," ujar Nilanto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya