Pembangkit Energi Terbarukan Jadi Senjata Ampuh Lawan Perubahan Iklim

Kesepakatan PBB, semua negara berusaha mencegah peningkatan suhu global secara rata-rata 1- 1,5 derajat celcius sampai 2030.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Sep 2019, 10:30 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2019, 10:30 WIB
20160330- Progres Pembangun PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso-Sulut-Faizal fanani
Pekerja menyelesaikan pembangunan PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso, Sulut, Rabu (30/3). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus mengembangkan energi baru terbarukan yang berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, sektor energi berkontribusi dalam perubahan iklim global. Dia pun mengimplementasikan berbagai kebijakan srategis, terutama di subsektor Energi Baru Terbarukan (EBT).

Jonan menyebut, sektor kelistrikan menjadi salah satu penyumbang terbesar Perubahan iklim. "Salah satu penyebab global warming yang paling besar itu diakibatkan oleh (sektor) energi, terutama kelistrikan," kata Jonan, dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, di Jakarta, Selasa (17/9/2019).

Kesepakatan di Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), semua negara berusaha mencegah peningkatan suhu global secara rata-rata 1- 1,5 derajat celcius sampai 2030. Untuk itu, Pemerintah Indonesia akan memegang komitmen penuh atas Kesepakatan Paris tahun 2015.

"Oleh karena itu, tahun depan untuk kendaraan bermesin diesel kita terapkan B30," jelas Jonan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bauran Energi

20160330- Progres Pembangun PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso-Sulut-Faizal fanani
Suasana pembangunan PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso, Sulut, Rabu (30/3/2016). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus mengembangkan energi baru terbarukan yang berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jonan mengakui sampai ini porsi bauran energi nasional masih masih didominasi oleh energi yang berasal dari Batu bara. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menjadi kontributor terbesar penghasil listrik dengan porsi lebih dari 50 persen.

Untuk menekan dominasi sumber energi tersebut, pemerintah akan menggenjot pembangunan pembangkit listrik yang meminimalisir adanya emisi gas rumah kaca yaitu Pembangkit yang berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).

"Orang sekarang mulai protes, pembangunan kok banyak menggunakan tenaga uap dari batubara. Makanya, saya mengatakan akan banyak membangun (pembangkit) bersih dan ramah lingkungan, seperti PLT Bayu, PLT Air dan yang paling mudah adalah PLTS Atap," paparnya.

 

 

Masalah Harga

Direktur Jenderal EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana meresmikan beberapa infrastruktur Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) di Kalimantan Utara pada Sabtu ini (6/5/2017). (Liputan6.com/Achmad Dwi Afriyadi)
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana meresmikan beberapa infrastruktur Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) di Kalimantan Utara pada Sabtu ini (6/5/2017). (Liputan6.com/Achmad Dwi Afriyadi)

Jonan optimistis salah satu Pembangkit EBT yang akan masif dibangun adalah PLTS Atap, sebab pembangkit tersebut akan lebih mencapai harga yang efisien dan mudah dijangkau pada masa mendatang.

"Sekarang investasinya memang masih relatif mahal kira-kira Rp 15 juta. Tapi kalau ini bisa ekspor impor (listrik antara pemilik rumah dengan PLN) biaya investasi solar rooftop jadi lebih terjangkau. Mudah-mudahan kita membantu mengurangi tingkat emisi dan pemanasan global," tegasnya.

Langkah lain yang diambil Pemerintah adalah mempercepat kehadiran kendaraan listrik. Jonan berharap dukungan dari para generasi muda dalam mengeksekusi kebijakan tersebut. "Kalau mayoritas anak muda sepakat, ini ada harapan. Semua penemuan baru itu tergantung dari yang eksekusi. Kalau generasi muda menerima, akan berkembang," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya