Saham Bank BUMN Anjlok, Saatnya Beli atau Jual?

Saham-saham bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) rontok pada penutupan perdagangan kemarin.

oleh Bawono Yadika diperbarui 03 Okt 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2019, 14:00 WIB
Ilustrasi bank
Ilustrasi bank (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Saham-saham bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) rontok pada penutupan perdagangan kemarin. Prospek saham perbankan pelat merah pun semakin disoroti.

Pada penutupan Rabu 2 Oktober 2019 kemarin misalnya, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ditutup melorot 5,43 persen ke level Rp 6.525, kemudian PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) anjlok 4,81 persen dan PT Bank Rakyat Indonesia tbk (BBRI) yang merosot 3,44 persen serta PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) melemah 2,78 persen.

Analis PT KGI Sekuritas Yuganur Wijanarko menilai, banyak faktor yang menyebabkan anjloknya saham bank BUMN tersebut.

Selain faktor kualitas kredit bank BUMN yang memburuk, aksi jual di pasar global serta sentimen perlambatan ekonomi global ikut menjadi alasan terkoreksinya saham-saham bank BUMN.

"Aksi jual di pasar global, karena efek koreksi regional asing banyak pegang saham Mandiri dan BRI, jadi sekalian dijualin," tuturnya kepada Liputan6.com, Kamis (3/10/2019).

"Kalau regional aja nggak turun, nggak mungkin sampai sedalam itu anjloknya (saham-saham BUMN)," tambah dia.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Saatnya Beli

Ilustrasi Bank
Ilustrasi Bank
IHSG
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kendati begitu, menurutnya saham pelat merah tetap layak untuk dibeli oleh investor pada hari ini.

"Rekomendasi tetap beli tapi untuk hari ini. Alasan beli pasar jenuh jual abis turun 4 hari potensi rebound," kata dia.

Namun, dia memperkirakan sulit bagi pertumbuhan kredit untuk tumbuh sebesar 13 persen pada tahun ini sesuai dengan target Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Paling (pertumbuhan kredit) jadinya cuma 11,5 persen, itu pun sudah diskon di koreksi-koreksi kemarin," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya