Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan minyak raksasa asal Arab Saudi, Saudi Aramco resmi mengumumkan Initial Public Offering (IPO) Desember 2019 mendatang. Masuknya Saudi Aramco di bursa akan menjadi salah satu IPO terbesar sepanjang sejarah dunia.
Pemerintah Arab Saudi pun sudah memberikan sinyal persetujuan bagi raksasa minyak ini. Saudi Aramco direncanakan akan listing di bursa domestik Tadawul.
"Harga final, jumlah dan porsi saham akan ditentukan saat proses penjatahan berakhir," ujar Presiden dan CEO Saudi Aramco Amin Al-Nasser, mengutip laman CNBC, Senin (04/11/2019).
Advertisement
Baca Juga
Amin mengatakan, IPO ini adalah bagian dari mewujudkan visi perusahaan untuk menjadi perusahaan paling unggul yang terintegrasi di bidang energi dan kimia.
Mengutip laman BBC, laporan sebelumnya telah menyebutkan kalau raksasa minyak ini akan melepas 1 hingga 2 persen saham di bursa dalam negeri.
Sementara, nilai kapitalisasi pasar Saudi Aramco sendiri mencapai USD 1,2 triliun atau setara dengan Rp 28 ribu-an triliun (asumsi kurs Rp 14.132). Ini akan menjadi IPO terbesar yang pernah dilakukan dalam sejarah.
Kilang Minyak Diserang Drone, Saudi Aramco Tetap IPO
Meski dua fasilitas kilang minyak Saudi Aramco diserang pesawat tanpa awak (drone) pada Sabtu kemarin, perusahaan tetap berencana untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
Melansir Bloomberg, Rabu (18/9/2019), sejumlah bank telah ditunjuk untuk mempersiapkan rencana IPO perusahaan migas tersebut.
Adapun Aramco sudah menunjuk JP Morgan Chase & Co sebagai pemimpin rencana IPO, bersamaan dengan bank lainnya yaitu Morgan Stanley, Bank Nasional Saudi, Bank of America Merrill Lynch, Goldman Sachs, Credit Suisse, Citigroup, HSBC Holdings, dan Samba Financial Group.
Dari serangan drone tersebut, diketahui produksi perusahaan migas raksasa itu kehilangan sekitar 5,7 juta barel per hari. Jumlah itu setara dengan 5 persen dari pasokan dunia.
Dengan adanya insiden ini, para pejabat Aramco semakin tidak optimistis terkait proses pemulihan produksi minyak bakal berlangsung cepat.
"Lebih dari 70 persen adanya peluang penundaan IPO Aramco, jika mereka menginginkan penilaian saham yang lebih tinggi. Biaya risiko menjadi faktor pertimbangan para investor terhadap Aramco sebelum serangan ini benar-benar perlu diubah," ujar Analis Saham Al Dhabi Capital, Mohammed Ali Yasin.
Adapun dalam aksi korporasi ini Saudi Aramco berencana melepas 1 persen sahamnya untuk memperoleh pendanaan sebesar USD 20 miliar. Kemudian akan melepas kembali 1 persen sahamnya di tahun 2020 ke pasar internasional.
Advertisement