Turunkan Tarif Impor Sawit, Indonesia Bakal Serap Beras India

India mengharapkan Indonesia bisa membeli beras dan gula dalam bentuk raw sugar dari India.

oleh Arthur Gideon diperbarui 05 Nov 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2019, 10:00 WIB
Airlangga Hartarto
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah India menyetujui persyaratan yang diminta Indonesia terkait ekspor kepala sawit agar tidak ada perbedaan dengan Malaysia. Namun India juga meminta Indonesia untuk bisa membeli beras dan gula dalam bentuk raw sugar dari mereka.

“Memang saat sekarang tarif kelapa sawit, baik itu untuk CPO maupun RBD sudah sama. Semula ada perbedaan 5 persen, namun sesuai dengan permintaan Bapak Presiden, Perdana Menteri Narendra Modi menerima itu sehingga tarif CPO itu sama, Refined Bio Blended itu sama, RBD itu sama,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dikutip dari laman Setkab, Selasa (5/11/2019).

Menurut Airlangga, yang sekarang 40 persen CPO, 50 persen RBO akan dikirimkan per akhir bulan Desember menjadi 37,5 persen dan 45 persen, dan ini berlaku untuk Indonesia dan Malaysia, sehingga tidak ada perbedaan antara Indonesia dan Malaysia.

“Dengan demikian, tentu ini menjadi bagian dari kerja sama,” ujarnya.

Namun diakui Menko Perekonomian jika India mengharapkan Indonesia bisa membeli beras dan gula dalam bentuk raw sugar dari India. Menurut Airlangga, dan pemerintah sudah mengatakan diambil secara bertahap.

“Nanti bisa ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan ke depan dan memang per hari ini trade kita dengan India positif. Kita positif 8 miliar dolar AS, tertinggi di 2017 sebesar 10 miliar dolar AS, dan komoditas utamanya adalah batu bara dan kelapa sawit,” terang Airlangga.

 

Soal RCEP

Airlangga Hartarto
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kesempatan itu, Airlangga menyampaikan, bahwa India itu penting terkait dengan RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), sebagaimana pemerintah RRT juga menyatakan pentingnya India bagi finalisasi RCEP.

RCEP adalah blok terbesar melebihi Uni Eropa (EU). Menurutnya, Uni Eropa memiliki PDB kurang lebih Rp 18 triliun, sedangkan PDB RCEP mencapai USD 27 triliun, sedangkan untuk TPP itu USD 11 triliun.

Kalau kita lihat trade-nya RCEP itu USD 11,5 triliun, EU USD 12,5 triliun dan TPP USD 5,8 triliun. Kalau kita bicara penduduk, RCEP ini 3,6 miliar jadi tentu jauh lebih besar daripada EU dan PBB. Oleh karena itu, tadi hampir seluruh pemimpin itu mendorong agar perundingan ini bisa difinalisasi,” kata Airlangga.

Sementara Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengemukakan, memang India berkeinginan untuk masuk karena ASEAN merupakan partner yang terpenting bagi India.

“RCEP ini masih berlangsung. Nanti saya juga akan masih berunding lagi dengan menteri-menteri seluruh member RCEP ini,” kata Agus seraya menambahkan, mudah-mudahan pada Senin (4/11) ini masalah RCEP banyak kemajuan haslnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya