Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Rabu ini. Meskipun melemah, rupiah masih mampu bertahan di bawah 14.000 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Rabu (6/11/2019), rupiah dibuka di angka 13.990 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.969 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, nilai tukar rupiah bergerak di kisaran 13.984 per dolar AS hingga 14.995 per dolar AS. jika dihitung dari awal tahun, rupiah mampu menguat 2,76 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.992 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.031 per dolar AS.
Baca Juga
Pergerakan nilai tukar rupiah tertahan seiring dengan penantian pelaku pasar terhadap perkembangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
"Dikabarkan AS dan China sedang dalam proses memilih lokasi untuk menandatangani kesepakatan dagang. Situasi itu membuat sebagian pelaku pasar sedikit menahan transaksinya terhadap aset mata uang berisiko seperti rupiah," kata Kepala Riset Valbury Asia Future Lukman Leong dikutip dari Antara.
Kondisi itu, lanjut dia, juga membuat tren penguatan dolar AS masih terjaga sehingga membatasi ruang gerak mata uang rupiah untuk melanjutkan apresiasi, meski dari dalam negeri terdapat sentimen positif mengenai data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang mengalami pertumbuhan pada kuartal III tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDB Indonesia pada triwulan III 2019 sebesar 5,02 persen, secara tahunan. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 tumbuh 5,04 persen.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dolar Terapresiasi
Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra menambahkan dolar AS cenderung terapresiasi di tengah optimisme pasar terhadap negosiasi dagang antara AS dengan China yang terlihat menunjukkan ke arah positif.
"Dalam beberapa hari terakhir Beijing dan Washington telah memberikan tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan perdagangan. Diharapkan perang dagang yang berlarut-larut dan telah menimbulkan kekhawatiran perlambatan ekonomi global segera berakhir," katanya.
Ia mengemukakan China mendorong Presiden AS Donald Trump untuk menghapus lebih banyak tarif yang dikenakan pada bulan September sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan fase pertama, diharapkan kesepakatan kedua negara itu ditandatangani pada akhir bulan ini.
Advertisement