BI: Keuangan Syariah Bisa Jadi Alternatif Penguatan Ekonomi Dunia

Ekonomi syariah tidak hanya cocok bagi negara-negara mayoritas Muslim saja.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Nov 2019, 11:55 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2019, 11:55 WIB
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, dalam acara pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Indonesia di Surabaya. (Foto: BI)
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, dalam acara pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Indonesia di Surabaya. (Foto: BI)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) dan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) kembali mengadakan Indonesia Sharia Economic Festival ke-6 yang berlangsung di Jakarta pada 12-16 November 2019. Dalam rangkaian acara, turut pula diadakan International Islamic Monetary Economics And Finance Conference And Call For Papers 2019.

Pada konferensi keuangan syariah itu, Bank Indonesia dan Wakil Menteri Keuangan Malaysia kompak menyuarakan dukungan bagi ekonomi syariah. Sistem ini dipandang lebih inklusif serta mampu menjadi alternatif penguatan ekonomi di tengah dunia yang sedang penuh ketidakpastian.

"Keuangan yang berbasis syariah dapat berkontribusi dengan mempromosikan ide berbagi dan integrasi keuangan bersifat komersial dan sosial. Itu adalah faktor-faktor yang memastikan daya tahan dan inklusi ekonomi," ujar Deputi Gubernur BI Dody Waluyo, Selasa (12/11/2019) di JCC, Jakarta.

Dody pun menyebut bahwa ekonomi syariah tidak hanya cocok bagi negara-negara mayoritas Muslim saja. Ekonomi syariah pun disebut bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan struktur neraca transaksi berjalan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Syariah Bisa Berkembang Pesat Lewat Teknologi

Fintech
Ilustrasi fintech. Dok: sbs.ox.ac.uk

Wakil Menteri Keuangan Malaysia Amiruddin bin Hamzah menyebut ekonomi syariah bisa berkembang pesat lewat teknologi. Sebab, ada 1,7 miliar orang yang belum punya layanan bank di dunia, sehingga ini menjadi peluang bagi perbankan syariah.

Lewat teknologi, ekonomi syariah pun bisa masuk ke masyarakat yang belum mendapatkan layanan keuangan, terutama di daerah pedesaan yang masih enggan menggunakan perbankan konvensional karena alasan agama.

"Bagi keuangan Islami, fintech bisa menarik lebih banyak konsumen, menambah efisiensi, mengurangi harga, serta membantu keuangan Islami agar menjadi lebih kompetitif tanpa mengkompromikan profitabilitas," ujar Wamenkeu Malaysia.

"Kami harap keuangan Islami bisa menyebarkan kebaikan Islam ke seluruh masyarakat di seluruh dunia," pungkasnya.

 

Kumpulkan Papers

Untuk bagian Call for Papers, konferensi ini mengumpulkan 250 paper akademis dari 25 negara. Sebanyak 39 paper dari 10 negara terpilih untuk dipresentasikan di ajang ini.

22 paper ditulis oleh akademisi lokal dan 17 oleh asing. Paper tersebut kemudian akan direview untuk dipublikasi di Journal of Islamic Monetary Economics and Finance (JIMEF) milik BI.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya