BI: Indonesia Pemain Besar di Sistem Ekonomi Syariah Dunia

Komitmen pemerintah dalam memajukan keuangan ekonomi syariah terlihat jelas di dalam visi dan misi.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Nov 2019, 11:05 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2019, 11:05 WIB
Gubernur BI, Perry Warjiyo di acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019, di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2019).
Gubernur BI, Perry Warjiyo di acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019, di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2019).

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) terus mendukung langkah pemerintah untuk memajukan ekonomi syariah di Indonesia. Ini dilakukan agar ke depan ekonomi syariah dapat menjadi arus baru ekonomi di Tanah Air.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia menjadi pemain besar di dalam ekonomi keuangan syariah di dunia. Tentu saja ini tidak terlepas dari peranan pemerintah selama ini.

"Komitmen tinggi dari Presiden Jokowi. Demikian juga Wakil Presiden yang sudah menggariskan ekonomi syariah akan menjadi arus baru perkembangan ekonomi di Indonesia," kata perry di acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019, di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2019).

Perry menyampaikan, komitmen pemerintah dalam memajukan keuangan ekonomi syariah terlihat jelas di dalam visi dan misi. Hal itu tercemin apabila dilihat beberapa tahun terakhir yakni dengan berkembangnya ekonomi dipesantren, UMKM, dan industri halal di Indonesia yang demikian maju.

"Di bidang keuangan syariah pemerintah juga menerbitkan sukuk global, pemerintah yang terbesar di dunia BO juga terbitkan sukuk BI. Demikian juga keuangan sosial mobilisasi wakaf sebagai sumber ekonomi produktif ke depan," kata dia.

"Di situ BI punya komitmen kuat. Di sini kami dukung berbagai tidak hanya ekonomi syariah kami terus lakukan kampanye," sambung Perry.

Sejalan dengan itu, Perry juga mengajak seluruh pemangku kepentingan lainnya untuk sama-sama dalam memajukan ekonomi keuangan syariah ke depan. Dengan kekuatan bersama maka diharapkan ekonomi syariah ke depan akan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah.

"Kami mengajak semuanya bersatu memajukan ekonomi ayariah. Dan mari kita sambut jadikan ekonomi syariah arus baru ekonomi Indonesia," tandas dia

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sistem Keuangan Syariah Indonesia Raih Peringkat 4 di Dunia

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, dalam acara pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Indonesia di Surabaya. (Foto: BI)
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, dalam acara pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Indonesia di Surabaya. (Foto: BI)

Sebelumnya, sebuah kabar baik muncul bagi sistem keuangan syariah di Indonesia. Tahun ini, sistem syariah Indonesia berhasil menembus lima besar pada laporan Islamic Finance Development Indicator (IFDI) yang disusun Refinitiv.

IFDI mengukur lima kriteria keuangan syariah suatu negara, yaitu pertumbuhan kuantitatif, pengetahuan (Knowledge), tata kelola (Governance), kesadaran (Awareness) dan Corporate Social Responsibility (CSR). Refinitiv sendiri terafiliasi dengan Thomson Reuters.

Tahun ini, faktor kunci yang membuat Indonesia unggul adalah berkat peningkatan di sektor Knowledge. Selain itu, ada pertumbuhan aset syariah di Indonesia.

"Indonesia sangat berkembang dalam menyediakan pendidikan keuangan Islami dan penelitian keuangan Islami. Ini menolong industri secara keseluruhan. Ada pula peningkatan aset keuangan Islami, jadi ada sekitar pertambahan lima persen," ujar Shaima Hassan, Propositions Manager di Refinitiv pada Selasa (12/11/2019) di Jakarta.

Wanita asal Bahrain itu menyebut aset finansial syaria Indonesia tahun ini mencapai USD 86 miliar. Jumlah tersebut sangat besar namun masih bisa dikembangkan mengingat besarnya populasi Indonesia.

Ia berkata jika sosialisasi soal keuangan Islami di Indonesia ditingkatkan, maka itu bisa mengundang investasi asing masuk ke Indonesia.

Negeri Jiran Malaysia berada di posisi pertama, disusul oleh Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA). Shaima Hassan menyebut tantangan di Indonesia adalah kurang tersedianya data CSR syariah dari perusahaan.

Peran pemerintah pun diapresiasi oleh Shaima atas regulasi-regulasinya. Selain itu, pemerintah juga didorong melibatkan perbankan syariah dalam pembiayaan pembangunan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya