Batu Bara Bakal Kalah dengan Energi Bersih Jika Tak Ada Hilirisasi

China mampu mengolah batu bara menjadi avtur dan produk turunan lainnya.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 20 Nov 2019, 18:31 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2019, 18:31 WIB
Ekspor Batu Bara Indonesia Menurun
Aktivitas pekerja saat mengolah batu bara di Pelabuham KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis 33,24 persen atau mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Batu bara diprediksi akan kalah bersaing ‎dengan Energi Baru Terbarukan (EBT) jika pengembangan energi bersih tersebut semakin masif. Oleh sebab itu, pemerintah meminta kepada pengusaha batu bara untuk melakukan hilirisasi.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot mengatakan, jika EBT semakin berkembang pesat akan membuat harganya bersaing dengan batu bara. Kondisi ini bisa menggeser peran batu bara ke depan.

"Kalau EBT berkembang pesat harga keekonomian lebih murah dari batu bara," kata Bambang, ‎dalam sebuah diskusi di Bimasena Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (20/11/2019).

Bambang mencontohkan, saat ini India sedang menggarap program kelistrikan dengan total kapasitas 175 Giga Watt (GW). Mayoritas pembangkit tersebut berasal dari pembangkit dengan energi primer EBT.

Harga listrik dari pembangkit tersebut rata-rata 4 cent per Kilo Watt hour (kWh), lebih murah dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbahan bakar batubara.

"Saya mengingatkan tambang batu bara walau energy mix itu di 2050 batu bara masih, tapi kalau EBT berkembang pesat bisa berubah total," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harus Hilirisasi

Tambang batu bara
Aktivitas di tambang batu bara di Lubuk Unen, Kecamatan Merigi Kelindang, Kabupaten Bengkulu Tengah. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putro)

‎Menurut Bambang, untuk mengantisipasi kalah saingnya batu bara dengan energi bersih tersebut, ‎perushaan batu bara perlu melakukan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah. Hal tersebut seperti yang dilakukan China dengan mengolah batu bara menjadi avtur dan produk turunan lainya.

"added value di sini sangat banyak, kalau serius kita bisa dekati bagaimana memberikan keekonomian mari kita buat bersama. Kalau tidak proses lanjut jadi masalah," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya