Berawal dari Proyek Kuliah, Celonis Mampu Jadi Unicorn Bernilai Rp 35 Triliun

Celonis merupakan perusahaan perangkat lunak, yang menjadi salah satu perusahaan unicorn top Eropa.

oleh Tira Santia diperbarui 24 Nov 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2019, 21:00 WIB
Ilustrasi Startup
Ilustrasi Startup - Kredit: rawpixel via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Celonis merupakan perusahaan perangkat lunak, yang menjadi salah satu perusahaan unicorn top Eropa. Perusahaan ini, mampu mengumpulkan USD 290 juta atau Rp 1 triliun (USD 1 = Rp 14.066), dari investor termasuk dari CEO Qualtrics dan Procore. Kini, perusahaan tersebut bernilai USD 2,5 miliar atau Rp 35 triliun.

Terdapat cerita dibalik didirikan perusahaan ini. Awalnya adalah proyek kuliah pada tahun 2011, yang didirikan oleh tiga orang teman, yaitu Bastian Nominacher, Alexander Rinke and Martin Klenk.

Delapan tahun yang lalu, mereka memulai klub yang berbeda dari kebanyakan mahasiswa di Jerman.Bukannya membentuk klub olahraga, mereka malah mendirikan perusahaan bisnis berbasis teknologi.

Lalu, mereka menciptakan sebuah perusahaan tanpa nama, yang memperkerjakan 5.000 karyawan. Sehingga, mereka membutuhkan konsultan bisnis untuk membantu bisnis Teknologi Industri (TI) mereka berkembang.

"Ada banyak pekerjaan layanan TI, dan itu tidak ditangani dengan sangat efektif," Alexander Rinke, salah satu pendiri proyek, mengatakan kepada CNBC dalam sebuah wawancara, Kamis (21/11/2019).

Kemudian, pada 2019, proyek kuliah itu telah berubah menjadi perusahaan yang bernilai USD 2,5 miliar. Perusahaan ini adalah pelopor teknologi yang disebut "proses penambangan," yang menggunakan algoritma khusus yang menganalisis data dari log peristiwa perusahaan untuk mengidentifikasi masalah dengan proses tertentu dan mencari solusi.

Seperti dilansir dari CNBC, Celonis sekarang menjadi salah satu unicorn teratas di Eropa, perusahaan teknologi swasta dengan penilaian USD 1 miliar lebih atau Rp 14 triliun. Perusahaan ini juga memiliki kantor A.S. di New York City. Dan mengalami valuasi dua kali lipat sejak Juni 2018.

Nominacher, yang merupakan co-CEO Celonis, mengatakan bahwa alasan utama di balik lonjakan penilaian perusahaan adalah karena pelanggannya melihat hasil "nyata", berkat perangkat lunaknya. Perusahaan mengklaim salah satu kliennya, L'Oreal, meningkatkan pesanan mereka ke tingkat efisiensi tunai tiga kali menggunakan teknologi pemrosesan pertambangan Celonis.

Bisnis ini mengklaim telah menjadi arus kas positif sejak mulai beroperasi, sebuah tanda langka dari profitabilitas dari unicorn teknologi. Selain itu, Celonis sudah bekerja sama dengan UiPath (perusahaan membuat robot). Berkat kerjasama dengan Celonis, UiPath mampu menghasilkan USD 7 miliar atau Rp 98 triliun.

Rinke mengatakan bahwa 90 persen inisiatif peningkatan bisnis masih melibatkan perusahaan yang menyelenggarakan lokakarya dan menempelkan catatan untuk memahami di mana prosesnya berjalan salah.

"Pesaing terbesar kami juga salah satu pelanggan terbesar kami," pungkas Rinke.

Selain bekerja sama dengan L'Oreal, perusahaan juga menghitung perusahaan 3M, Airbus, Siemens dan Uber sebagai pelanggan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya