Transaksi E-Commerce Indonesia Diprediksi Tembus Rp 1.000 Triliun di 2025

Potensi e-commerce dunia pada 2023 diperkirakan menembus USD 6,53 triliun atau Rp 91 ribu triliun.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Des 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 09 Des 2019, 13:00 WIB
Panel VI Rakornas Indonesia Maju
Mendag Agus Suparmanto (kiri) menyampaikan paparan saat diskusi panel VI Rakornas Indonesia Maju antara Pemerintah Pusat dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019). Panel VI itu membahas transformasi ekonomi I. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, melihat di Indonesia telah terjadi revolusi industri. Ia memaparkan mengenai Gross Marchandise Value (GMV) atau nilai total transaksi e-commerce di Indonesia yang diperkirakan alami kenaikan.

"GMV e-commerce Indonesia tahun 2019 mencapai USD 21 miliar atau Rp 294 triliun, dan diperkirakan tahun 2025 capai USD 82 miliar atau Rp 1,1 kuadriliun," kata Agus dalam forum e-commerce Indonesia 2019, Jakarta, Senin, (9/12/2019).

Hal itu didukung oleh penetrasi internet Indonesia pada tahun 2018 yang mencapai 171,17 juta jiwa.

Selain itu, ekonomi Indonesia tahun 2019 capai USD 40 miliar atau Rp 560 trilun,dan diperkirakan menembus USD 133 miliar atau Rp 1,8 kuadriliun pada tahun 2025.

Serta potensi e-commerce dunia pada 2023 diperkirakan menembus USD 6.53 triliun atau Rp 91,5 kuadriliun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Berkat E-Commerce, Investasi Asing Mengalir Deras ke Indonesia

e-Commerce
Ilustrasi e-Commerce (iStockPhoto)

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengungkapkan dua sektor yang menjadi penyelamat Indonesia dalam mendulang foreign direct Investment (FDI). Dua sektor tersebut yakni industri pengolahan dan e-commerce.

"Dalam periode pertama Presiden Jokowi ada dua sektor yang menyelamatkan FDI, pertama sektor pengolahan industri smelter dan kedua sektor e-commerce dan ekonomi digital," kata dia, di ICE BSD, Banten, Kamis (17/10/2019).

Dia mengatakan, pada periode pertama pemerintahan Jokowi-JK, pihaknya mencatat aliran deras arus modal ke e-commerce.

"Ini fenomena yang cukup mendadak, hanya dalam 3-4 tahun terakhir FDI ke unicorn, startup meloncat dari sebelumnya hampir tidak ada, sekarang 15-20 persen dari total FDI kita setiap tahun. Dan Indonesia sudah jadi tuan rumah yg unicorn melebihi jumlah unicorn di Eropa," jelas dia.

"Presiden Jokowi sendiri gila gadget, pasion mengikuti teknologi. Kita pernah nonton sambutan beliau mengenai Tesla, space as, tentu kabinet mengikuti sehingga Indonesia menikmati sebuah suasana politik, kebijakan yang sangat pro teknologi," imbuhnya.

Ke depannya, sektor yang harus terus digenjot sebagai untuk berkontribusi pada perekonomian, termasuk mendulang FDI yakni pariwisata dan lifestyle.

"Sektor pariwisata secara global lebih tinggi pertumbuhan dari pada ekonomi dunia secara umum. Setiap 4 lapangan kerja baru, 1 adalah dari sektor pariwisata. Jadi wisata benar benar booming terutama dimotori oleh terus bergabungnya kelas menengah, global middle clash. Salah satu fenomena yang bisa diprediksi begitu orang naik kelas, terutama yang membedakan adalah lifestyle," urai Lembong.

"Lifestyle hemat saya salah satu keunggulan Indonesia dan ini akan mempunyai multiplayer effect terhadap yang bisa kita produksi, jasa yang bisa kita tawarkan ke seluruh dunia," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya