Indonesia Kuasai Pasar Baterai Kendaraan Listrik pada 2023

Indonesia memiliki keunggulan untuk menjadi produsen besar baterai kendaraan listrik.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 10 Des 2019, 14:39 WIB
Diterbitkan 10 Des 2019, 14:39 WIB
Mengisi baterai mobil listrik
Mengisi baterai mobil listrik (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia akan menjadi produsen terbesar baterai kendaraan listrik di dunia pada 2023. Cara yang bisa dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan membangun industri pengolahan dan pemurnian nikel di dalam negeri.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, saat ini proses hilirisasi nikel sudah berjalan. Puncaknya Indonesia akan mengolah nikel menjadi baterai kendaraan listrik pada 2023.

"kita sudah sampai ke nikel jadi metal. Kita akan kejar sampai baterai di 2023.‎ Jadi sedang kita kerjakan sekarang ini. Kita sudah masuk stainless steel, masuk carbon steel. Baterai 2023 ‎masuk," kata Luhut, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Selasa (10/12/2019).

Kebutuhan baterai kendaraan listrik akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pemakaian kendaraan listri‎k dan kebijakan Uni Eropa yang menghentikan penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil pada 2025.

Kondisi ini harus menjadi peluang bagi Indonesia menguasai pasar baterai kendaraan listrik dunia dengan menerapkan hilirisasi nikel untuk memproduksi baterai listrik di dalam negeri.

"Saya jalan keliling cari tahu baterai lithium kapan selesai. Dari pembicaraan saya dengan VW dengan Mercedes dengan BMW, dan Korea, mereka bilang belum ada ‎15-20 tahun ke depan yang menggantikan efektifitas lithium baterai. Apa artinya kita harus cepat," tutur Luhut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Keunggulan Indonesia

Mobil Listrik GIIAS 2019
Teknologi fast charging pada mobil listrik DFSK Glory E3 dipamerkan dalam GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019 di ICE BSD, Tangerang, Jumat (19/7/2019). Glory DFSK E3 hanya perlu waktu 30 menit untuk mencapai 80 persen daya baterai. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Indonesia memiliki keunggulan untuk menjadi produsen besar baterai kendaraan listrik. Sebab sumber daya nikel yang dimiliki‎ cukup banyak dan kondisi geografis Indonesia yang kepulauan membuat biaya angkut komoditas lebih murah jika dibanding Australia yang memiliki potensi besar tetapi letaknya jauh berada di tengah pulau.

Dia melanjutkan, saat ini sudah ada investor yang akan membangun pabrik ‎pengolahan bijih nikel kemudian secara bertahap ke arah baterai kendaraan listrik.

Jika produksi baterai kendaraan listrik sudah berjalan, maka Indonesia ‎tidak lagi mengalami defisit neraca berjalan, sebab sudah dapat diatasi dengan ekspor baterai kendaraan listrik.

"Itu kan berdampak curent account defisit yang USD 31miliar bisa kita kasih, jadi strategi kita tau dengan ekspor kita meningkat ekspor yang kita cepat adalah dengan ini," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya