Sri Mulyani Waspadai Dampak Defisit Perdagangan ke Pertumbuhan Ekonomi

Nilai neraca perdagangan pada November disumbang defisit sektor migas sebesar USD 1,02 miliar dan non migas sebesar USD 0,3 miliar.

oleh Nurmayanti diperbarui 17 Des 2019, 18:30 WIB
Diterbitkan 17 Des 2019, 18:30 WIB
DPR dan Menteri Keuangan Bahas RUU Prioritas 2020
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kanan) berbincang saat rapat konsultasi dengan DPR di Ruang Pansus B, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (16/12). Rapat diikuti oleh Menteri Keuangan, pimpinan DPR, Komisi XI, Komisi VII, dan Banggar. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar USD 1,33 miliar pada November 2019. Defisit akibat menurunnya ekspor menjadi USD 14,01 miliar dan impor sebesar USD 15,34 miliar.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengakui defisit neraca dagang Indonesia memang masih disebabkan oleh dua komponen migas dan non migas. Dua komoditas tersebut akan menjadi perhatian khusus pemerintah hingga akhir tahun untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kita perlu terus memperhatikan dua komponen itu, dua ekspornya, penyebabnya, komoditas, migas dan non migas untuk impornya juga sama. Kita terus mewaspadai, terutama dampaknya pada pertumbuhan ekonomi nasional," katan dia di Jakarta, Selasa (17/12/2019).

Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, nilai neraca perdagangan pada November disumbang defisit sektor migas sebesar USD 1,02 miliar dan non migas sebesar USD 0,3 miliar. Menurutnya, melambatnya ekspor karena perekonomian global yang melambat.

"Tantangan yang kita hadapi menjadi luar biasa dan harus ekstra hati-hati. Hal ini sebagian besar disebabkan perdagangan global melambat, ekonomi global melambat. Jadi kita harus ekstra hati-hati ke depan," jelasnya.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Kinerja Ekspor Impor

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-November 2019 mencapai USD 153,11 miliar atau menurun 7,61 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Demikian juga ekspor non migas mencapai USD 141,67 miliar atau menurun 5,71 persen.

Penurunan terbesar ekspor non migas November 2019 terhadap Oktober 2019 terjadi pada bijih, terak, dan abu logam sebesar USD 239,6 juta (46,78 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD 131,2 juta (8,69 persen).

Menurut sektor, ekspor non migas hasil industri pengolahan Januari-November 2019 turun 3,55 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 16,35 persen. Sementara ekspor hasil pertanian naik 3,50 persen.

Ekspor non migas November 2019 terbesar adalah ke China yaitu USD 2,42 miliar, disusul Amerika Serikat USD 1,48 miliar dan Jepang USD 1,11 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 38,81 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD 1,14 miliar.

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-November 2019 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD 27,71 miliar (18,09 persen), diikuti Jawa Timur USD 17,08 miliar (11,16 persen) dan Kalimantan Timur USD 15,03 miliar (9,82 persen).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya