Kilang Pertamina di Tuban Bisa Produksi Bensin dan Petrokimia

restrukturisasi Tuban Petro merupakan bagian dari kilang Pertamina yang mengutamakan aspek fleksibilitas (flexibility).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 13 Jan 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2020, 16:00 WIB
Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. (Foto: Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. (Foto: Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Pertamina siap mengintegrasikan Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang merupakan anak usaha Tuban Petro dengan megaproyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Langkah ini dilakukan usai menguasai saham mayoritas Tuban Petro hingga 51 persen.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, restrukturisasi Tuban Petro merupakan bagian dari kilang Pertamina yang mengutamakan aspek fleksibilitas (flexibility). Dengan begitu mode kilang bisa beralih baik mode petrokimia atau bensin. Hal ini membuat produksi kilang dapat menyesuaikan dengan permintaan pada saat beroperasi.

“Jadi jelas bahwa proyek kilang kami yang sedang berjalan akan menjadi bisnis yang berkelanjutan, karena dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan didukung integrasi baik sesama kilang maupun infrastruktur Pertamina lainnya,” kata Nicke, di Jakarta, Senin (13/1/2020).

Nicke melanjutkan, dengan pasokan bahan baku yang terintegrasi antara satu kilang dengan kilang lainnya, diharapkan bisa meningkatkan efisiensi baik sisi pengeluaran operasional maupun pengeluaran modal, sehingga meraih keuntungan (profitability) yang maksimal. Dengan tingkat keuntungan maksimal, maka proyek kilang Pertamina mampu menjadi bisnis yang berkelanjutan (sustainability) ke depannya.

Menurut Nicke, saat ini Pertamina sedang mengembangkan kilang di 6 lokasi, yang pembangunannya diintegrasikan dengan pembangunan pabrik petrokimia. Salah satunya yakni GRR Tuban yang nantinya akan diintegrasikan dengan TPPI, dengan dibangun pipa penghubung sejauh 7 km.

Nicke menambahkan, peluang pasar bisnis petrokimia saat ini sekitar Rp 50 triliun per tahun. Selain itu bisnis petrokimia juga mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM.

Langkah mengintegrasikan kilang TPPI dengan GRR Tuban dilakukan Pertamina dengan melakukan aksi korporasi pembelian saham seri B Tuban Petro senilai Rp 3,2 triliun, sehingga Pertamina saat ini menguasai saham mayoritas 51 persen. Dengan menguasai saham mayoritas, maka Pertamina memiliki saham pengendali agar bisa mengembangkan TPPI.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Peningkatan Produksi

20160114-Melihat Pusat Minyak Mentah Pertamax di Indramayu
Petugas PT. Pertamina (Persero) melintas Refinery Unit (RU) atau kilang VI Balongan di Indramayu, Jawa Barat, (14/1). RU VI Balongan merupakan tumpuan produksi BBM jenis Pertamax Series milik PT. Pertamina (Persero). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Nicke menjelaskan, mulai 2020 sesuai Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP), Pertamina akan melakukan peningkatan produksi aromatik kilang TPPI dari saat ini 46 ribu ton menjadi 55 ribu ton. Dalam jangka panjang, Pertamina juga akan membangun Olefin Center, sehingga nantinya TPPI akan memproduksi petrokimia sebesar 700 ribu ton per tahun.

Pada saat yang sama, megaproyek GRR Tuban nantinya akan memiliki fasilitas produksi petrokimia dengan produk polypropylene sebanyak 1.205 ktpa, paraxylene 1.317 ktpa dan polyethylene 750 ktpa.

“Pertamina memiliki kapasitas dan kompetensi untuk meningkatkan daya saing industri petrokimia nasional. Pertamina siap untuk mengurangi ketergantungan impor produk petrokimia melalui pengembangan bisnis petrokimia yang terintegrasi,” tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya