Jadi Negara Maju, PDB Indonesia Harus Capai USD 23.199

Tahun ini rata-rata pertumbuhan PDB per kapita dipatok capai USD 4.546 triliun, dan di 2025 ditarget sebesar USD 6.305 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Feb 2020, 12:34 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2020, 12:34 WIB
Suharso Monoarfa
Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas, Soeharso Manoarfa, menghadiri rapat kerja bersama dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Adapun agenda kali ini membahas mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019-2024

Menteri Soeharso menyampaikan, dalam RPJMN yang disusun pemerintah bertujuan untuk mengejar cita-cita Indonesia menjadi negara maju di 2045. Di mana rata-rata pertumbuhan domestik bruto (PDB) Indonesia dipatok mencapai USD 23.199.

"Untuk Indonesia menuju negara maju di 2045 harus capai USD 23.199 PDB per kapita kita," kata dia di ruang rapat Komisi XI, DPR RI, Jakarta, Selasa (4/1).

Dia mengatakan dalam RPJMN yang disusun lima tahun ini pemerintah berupaya memperkecil target tersebut. Adapun tahun ini rata-rata pertumbuhan PDB per kapita dipatok capai USD 4.546, dan di 2025 ditarget sebesar USD 6.305.

"Transformasi ekonomi harus dimulain pada tahun 2020-2024 untuk memberikan landasan kokoh menuju Indonesia maju " kata dia.

Untuk mengejar target tersebut tentu membutuhkan sejumlah langkah-langkah. Diantaranya pemerintah harus mendorong industri pengolahan hingga mencapai 21 persen di 2024. Di samping itu industri pengolahan non migas juga ditingkatkan menjadi sebesar 18,9 persen di 2024.

"Sementara perlu ditingkatkan juga adalah kontribusi tenaga kerja di sektor industri dari sebelumnya 14,9 persen di 2019, di 2024 harus menjadi 15,7 persen," katanya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Mampukah Indonesia Jadi Negara Maju di 2045?

Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2018
Pemandangan deretan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, Jumat (29/9). Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakinkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen tetap realistis. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Perlambatan ekonomi global menjadi isu nyata yang saat ini tengah diwaspadai negara-negara besar di dunia, termasuk di dalamnya negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini menyangkut pertumbuhan ekonomi.

Di tengah tren pelambatan global, Indonesia sudah diprediksi akan menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar pada tahun 2045. Namun, untuk merealisasikan itu, perekonomian Indonesia harus tumbuh stabil di kisaran 6,9 persen.

Pengamat Ekonomi dan Keuangan Anton Gunawan mengatakan, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,9 persen masih cukup menantang. Sebab, tugas domestik seperti defisit transaksi berjalan masih perlu dibenahi Pemerintah.

"Bisa tumbuh 5 persen itu cukup bagus, cuman 2045 forecast atau asumsinya harus 6,9 persen cukup tinggi, berat. Saat ini kita menghadapi tekanan current account deficit (CAD)," tuturnya di Jakarta, Kamis (12/9/2019).

"Ekspor-impor barang dan jasa yang terus-menerus defisit ini sebenarnya relatif wajar terhadap negara yang tengah berkembang. Tetapi investasi ini kunci untuk mengatasi defisit termasuk mendorong pertumbuhan ekonomi," lanjut dia.


Lebih ke Pembatasan

Pertumbuhan Ekonomi 2020 Kembali Meleset dari Target
Deretan gedung bertingkat terlihat dari jendela gedung pencakar langit di kawasan Jakarta, Kamis (26/12/2019). Pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan di kisaran 5,2%, berada di bawah target APBN 2020 sebesar 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Anton menjelaskan, Pemerintah selama ini hanya berfokus pada restriksi terutama dari sisi menurunkan impor. Padahal, sisi lain seperti saving dan investment tidak kalah pentingnya untuk mengkerek produktivitas dan mengatasi CAD.

"Investasi kelihatanya besar tapi ICOR-nya kurang efisien. Bukan hanya dorong ekspor-turunkan impor. Tetapi kembali bagaimana involvement kita towards value chain ini penting kepada global. The thing is how we make investment more efisien," paparnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya