Liputan6.com, Jakarta - Harga emas tergelincir lebih dari 1 persen pada hari Selasa karena langkah Cina untuk mengurangi dampak ekonomi dari epidemi coronavirus mendorong beberapa investor menjauh dari safe havens dan kembali ke aset berisiko.
Dikutip dari laman CNBC.com, Rabu (5/2/2020), harga emas di pasar spot turun 1,56 persen pada USD 1.551,79 per ounce, setelah mencapai level terendah sejak 22 Januari di USD 1.550.75. Emas berjangka AS ditutup turun 1,6 persen menjadi USD 1.557,50.
Baca Juga
"Langkah dramatis di pasar ekuitas global, terutama di pasar AS, jelas menunjukkan ada kekhawatiran yang lebih rendah tentang coronavirus yang menekan PDB dan kami memiliki kebutuhan yang lebih rendah untuk tempat berlindung yang aman," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Advertisement
Wall Street dibangun di atas pemulihan saham dunia sebagai intervensi baru oleh bank sentral China menenangkan para investor.
Beijing berupaya menandatangani lebih banyak pengeluaran pemerintah, keringanan pajak dan subsidi untuk sektor yang terkena virus.
Wabah ini telah merusak aktivitas ekonomi negara tersebut karena kota-kota diisolasi, dengan pembatasan perjalanan dan bisnis ditutup.
Selanjutnya, dolar menguat, membuat emas lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Namun demikian, beberapa ketidakpastian tetap tentang sejauh mana dampaknya terhadap ekonomi Tiongkok dan global.
"Jika dampak virus kurang dari harga pasar, itu bisa mengarah pada koreksi harga emas, tetapi selama kita tidak melihat pertumbuhan ekonomi meningkat, harga emas akan tetap didukung," kata Quantitative Commodity Analis riset Peter Fertig.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Suku Bunga AS
Beberapa pedagang juga sudah mulai memperkirakan pemotongan suku bunga AS hingga Juni.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang memegang bullion yang tidak menghasilkan.
Namun, emas harus berada dalam kisaran USD 1.550 hingga USD 1.600 per ounce di depan berita utama politik dan ekonomi, George Gero, direktur pelaksana RBC Wealth Management, mengatakan dalam sebuah catatan.
Di sisi ekonomi, pesanan baru untuk barang-barang buatan AS naik 1,8 persen pada bulan Desember, mengalahkan perkiraan konsensus analis dari kenaikan 1,2 persen.
"Sekarang optimisme telah kembali ke pasar keuangan, tampaknya para pelaku pasar telah melupakan ketakutan mereka tentang bagaimana penyebaran virus corona dapat mempengaruhi permintaan," kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan.
Advertisement