Dampak Virus Corona di Pasar Modal Hanya Sementara

Merebaknya virus Corona hanya memberikan dampak sementara saja bagi perekonomian dunia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 06 Feb 2020, 09:30 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2020, 09:30 WIB
Waspada Virus Corona, Hong Kong Karantina Penumpang Kapal Pesiar
Aktivitas penumpang kapal pesiar World Dream yang berlabuh di Kai Tak Cruise Terminal, Hong Kong, Rabu (5/2/2020). Hong Kong mengarantina lebih dari 1.800 orang di atas kapal pesiar yang berpaling dari pelabuhan Taiwan tersebut terkait wabah virus corona. (AP Photo/ Vincent Yu)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Tiongkok atau People's Bank of China (PBOC) memberikan stimulus dengan menyuntikan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (USD 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka pada Senin dan Selasa kemarin. Langkah ini diambil untuk menstabilkan kepercayaan pasar global kepada China yang tengah tergerus isu miring akibat mewabahnya virus Corona.

Imbasnya, stimulus tersebut telah berhasil mendorong sentimen investor ketika dampak virus Corona dari China diprediksi memberikan pukulan bagi aktivitas ekonomi di Tanah Tiongkok maupun global pada kuartal pertama 2020.

Menanggapi situasi ini, Analis Bursa sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim yakin stimulus dari Bank Sentral Tiongkok tersebut telah berhasil mengalahkan kegamangan akibat merebanknya wabah virus Corona.

"Itu berdampak baik terhadap perdagangan saham di Pasar IHSG. Enggak hanya di Indonesia saja, pasar saham di negara-negara lain. Pasar saham di Eropa aja juga reborn," ujar dia dalam sambungan telepon kepada Liputan6.com, Kamis (6/2/2020).

Pergerakan laju saham di pasar modal di berbagai negara memang cenderung menguat sejak PBOC mengeluarkan stimulus tersebut. Berdasarkan catatan Liputan6.com, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan saham Selasa kemarin, dan kembali ditutup menguat pada Rabu ini.

Tak hanya di pasar modal Indonesia, saham-saham Wall Street yang sempat rontok akibat virus Corona pada pekan lalu juga mulai kembali bangkit sejak Senin pekan ini. Di sisi lain, saham China juga melonjak tajam pada penutupan perdagangan Selasa kemarin, setelah sempat mengalami penurunan besar Senin pekan ini.

Berdasarkan fakta tersebut, Ibrahim percaya merebaknya virus Corona hanya memberikan dampak sementara saja bagi perekonomian dunia. Keyakinan itu makin menguat setelah ia mendengar kabar Pemerintah Tiongkok yakin mampu segera mengatasi penyebaran virus Corona.

"Virus Corona memang memberikan efek terhadap perekonomian global dan nasional, tapi itu cuman sementara. Soalnya Pemerintah Tiongkok yakin bisa mengatasi Corona, yang 99 persen penderitanya memang berada di sana," ungkap dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Virus Corona Tak Pengaruhi Pertumbuhan Industri Nasional

Waspada Virus Corona, Hong Kong Karantina Penumpang Kapal Pesiar
Seorang pria dipindahkan dari kapal pesiar World Dream ke ambulans di Kai Tak Cruise Terminal, Hong Kong, Rabu (5/2/2020). Hong Kong mengarantina lebih dari 1.800 orang di atas kapal pesiar yang berpaling dari pelabuhan Taiwan tersebut terkait wabah virus corona. (Philip FONG/AFP)

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, memastikan tidak akan merevisi proyeksi pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas meski dunia saat ini di tengah dilanda wabah virus Corona. Pada tahun ini, industri proyeksikan mampu tumbuh 5,3 persen.

"Tidak ada revisi, tetep 5,3 persen. Kita masih sangat optimis dengan itu, misalnya kenapa Kementerian perindustrian optimis bisa 5,3 persen, seperti yang saya sampaikan saat media gathering sebulan lalu. Ada tujuh isu yang di address oleh kita semua, yang berkaitan dengan industri, supaya industri bisa terbang tinggi, salah satunya adalah harga gas," kata Agus saat ditemui setelah acara kunjungan Presiden Singapura, di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (5/2/2020). 

Tujuh isu yang dipaparkan Menteri Agus, yakni pertama, masalah kekurangan bahan baku, antara lain kondensat, gas, naphta, atau biji besi. Selain itu, industri juga akan mengalami kesulitan mencari bahan penolong seperti katalis, scrap, kertas bekas, dan nitrogen.

Kedua, kekurangan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, dan kawasan industri. Solusinya adalah pembangunan infrastruktur dan kawasan industri. Ketiga, industri nasional akan kekurangan utility seperti listrik, air, gas, dan pengolahan limbah. Lalu, Keempat, kekurangan tenaga ahli.

Lanjut, Kelima, menghadapi tekanan produk impor. Keenam, industri akan dihadapi limbah industri atau slag sebagai limbah B3, spesifikasi yang terlalu ketat untuk kertas bekas dan bahan bekas akan menyulitkan industri. Kemudian yang terakhir, permasalahan Industri Kecil dan Menengah (IKM).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya