Harga Emas Melonjak karena Ada Peluang Pelonggaran Kebijakan Moneter

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, harga emas anjlok cukup dalam karena para pelaku pasar melakukan aksi jual.

oleh Arthur Gideon diperbarui 03 Mar 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2020, 07:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik hampir 1 persen pada penutupan perdagangan Senin setelah pada perdagangan pekan sebelumnya mengalami penurunan harian terbesar dalam hampir tujuh tahun.

Pendorong kenaikan harga emas ini karena adanya harapan akan adanya melonggarkan kebijakan moneter oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dan bank sentral lainnya untuk membantu meningkatkan ekonomi global.

Mengutip CNBC, Selasa (3/3/2020), harga emas di pasar spot naik 0,53 persen ke level USD 1.593,36 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 1,8 persen menjadi USD 1.595,50 per ounce.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, harga logam mulia anjlok cukup dalam karena para pelaku pasar melakukan aksi jual. Harga emas melorot hingga 4,5 persen.

"Kami pada hari ini harga emas sedikit pulih dari keterpurukan pada pekan lalu. Memang, Jumat kemarin ada banyak aksi jual untuk mendapatkan margin," jelas analis TD Securities, Ryan McKay.

"Ada banyak harapan pada penurunan suku bunga dari The Fed, dan juga pemotongan suku bunga dari bank sentral global lainnya. Hal ini menawarkan dukungan yang sangat baik untuk harga emas." tambah dia.

Pada Jumat lalu, Gubernur Bank sentral AS jerome Powell mengatakan bahwa mereka akan "bertindak sesuai" untuk mendukung ekonomi yang tengah mendung akibat wabah virus Corona.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Emas Bakal Kembali Menguat Pekan Ini

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sebelumnya, para analis dan pelaku pasar menyatakan bahwa harga emas masih akan naik pada pekan ini meskipun pada Jumat lalu terjadi aksi jual besar-besaran. Penurunan ekonomi sebagai dampak dari wabah virus Corona masih membayangi gerak para investor.

Mengutip Kitco, Senin (2/3/2020), lima belas analis di Wall Street ambil bagian dalam survei. Dari jumlah tersebut, sebanyak tujuh analis atau 47 persen memperkirakan harga emas akan naik.

Sedangkan lima analis atau 33 persen menyatakan bahwa harga emas akan melemah melanjutkan yang terjadi pada Jumat kemarin. Sedangkan tiga analis atau 20 persen menyatakan harga emas akan mendatar. 

Sementara itu, 1.629 pelaku pasar ikut ambil bagian dalam jajak pendapat secara online. Jumlah ini terbanyak salam dua setengah tahun.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.079 pelaku pasar atau 67 persen memperkirakan harga emas akan menguat.

Sedangkan 303 pelaku pasar atau 19 persen mengatakan bahwa harga emas akan melemah. Di luar itu, 237 pelaku pasar menyatakan bahwa harga emas akan mendatar.

Pada pekan lalu, sebagian besar analis dan pelaku pasar memperkirakan bahwa harga emas akan menguat. Hal tersebut terbukti sepanjang Senin hingga Kamis. Namun pada Jumat terjadi aksi jual besar-besaran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya