Liputan6.com, Jakarta - Mengatur keuangan masih menjadi pekerjaan rumah bagi sebagian orang, terutama generasi milenial. Banyak faktor yang membuat keuangan generasi milenial cenderung fluktuatif dan kadang bisa sangat 'kering'. Gaya hidup yang semakin beragam tentu menjadi salah satu faktor paling berpengaruh.
Head of Marketing Communication Halofina, platform perencana keuangan, Garniasih Garnijanto menjelaskan porsi mengatur keuangan bagi milenial dengan tepat.
"Jadi pembagiannya, 40 persen untuk kebutuhan hidup, 10 persen untuk kebutuhan baik seperti zakat, memberi orang tua. Lalu, 20 persennya nabung dan investasi," paparnya dalam talkshow bertajuk Travel, Saving and Insurance di Kementerian BUMN, Selasa (18/02/2020).
Advertisement
Kemudian, 20 persennya lagi dialokasikan untuk dana cicilan dan dana darurat. Garniasih menyatakan, dua jenis dana ini disatukan agar milenial terbiasa menyisihkan uang untuk dana darurat.
"Ini karena kita kan belum merasa waspada untuk ke depan, saat ini kadang milenial merasa aman-aman saja soal keuangan, punya uang segini di saku, jadi harus dibiasakan," imbuhnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Sedangkan sisanya, 10 persen, dialokasikan untuk gaya hidup. Sebenarnya, sah-sah saja membelanjakan gaji untuk jajan, jalan-jalan dan main, namun tetap harus sesuai dengan porsinya.
"Seringkali kita itu gini, makannya Rp 15 ribu, tapi setelah makan, ah, minum kopi, kemudian minum boba, pas minum boba kepikiran mau jalan-jalan ke Bali, nah ini yang harus dipisahkan mindsetnya," ujarnya.
Advertisement