Tumbuhnya Pengusaha Milenial di Sektor Pertanian Perkecil Angka Pengangguran

Hadirnya jutaan pengusaha milenial di sektor pertanian bakal berdampak positif terhadap perekonomian nasional.

oleh Arthur Gideon diperbarui 01 Mar 2020, 14:40 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2020, 14:40 WIB
20160704-Pupuk Padi-Karawang- Gempur M Surya
Petani memupuk tanaman padi di Karawang, Jawa Barat, Senin (4/7). Untuk mencapai target swasembada pangan 2016, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 20 triliun. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Sasaran Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menargetkan hadirnya jutaan pengusaha milenial di sektor pertanian bakal berdampak positif terhadap perekonomian nasional.

"Untuk itu harus didukung demi kepentingan ekonomi bangsa Indonesia. Syaratnya Pak Syahrul juga harus bersedia menggandeng pihak yang berkompetensi dalam bidang kewirausahaan," ujar Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (BPO HKTI) Oesman Sapta Odang, dalam keterangan tertulis, Minggu (1/3/2020).

Menurut Osman Sapta, tumbuhnya pengusaha muda atau milenial yang berminat di sektor pertanian akan mampu memperkecil angka pengangguran di Tanah Air. Sehingga hal tersebut menjadi dukungan baik kepada pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui pertanian yang dikenal sebagai andalan profesi utama masyarakat.

"Indonesia jadi punya generasi muda yang mandiri. Apalagi jarang-jarang bidang pertanian itu disukai generasi muda. Sumber daya manusia Indonesia bisa jadi pencipta," kata pengusaha sekaligus pemilik bisnis OSO Group ini.

Syahrul Yasin Limpo diketahui telah kerap menyampaikan komitmennya untuk melahirkan 2,5 juta pengusaha milenial sektor pertanian selama lima tahun ke depan pemerintahan Presiden Jokowi.

Supaya dapat merealisasikan itu, Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, akan mendorong pemanfaatan teknologi sehingga menarik minat generasi milenial. Selain itu juga memperbanyak pelatihan ekonomi pertanian menyasar generasi milenial.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Generasi Millenial Enggan Geluti Sektor Pertanian

Petani panen padi di Desa Cingebul, Lumbir, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Petani panen padi di Desa Cingebul, Lumbir, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Sebelumnya, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), menemukan jika berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terjadi migrasi tenaga kerja yang terus meningkat dari sektor pertanian ke non pertanian, kurun tahun 2.000 hingga 2014.

"(migrasi tenga kerja) Itu terjadi semakin besar. Kenapa, karena ada perubahan pendapatan riil, itu sampai 164 persen pendapatan orang yang pindah dari pertanian," kata Peneliti Indef, Mirah dalam Seminar Ekonomi Pertanian Indef di ITS Tower, Selasa (18/2/2020).

Mirah juga menambahkan, meski di pedesaan terdapat milenial yang bekerja di sektor pertanian, namun trennya menurun. Kenaikan justru meningkat pada industri dan perdagangan.

"Tidak bisa dipungkiri, kebutuhan terhadap uang semakin meningkat. Generasi milenial saat ini cenderung mau rebahan aja tapi punya duit banyak," jelas dia. 

Sementara itu, Mirah menjelaskan bahwa upah petani lebih rendah dari upah buruh dan asisten rumah tangga (art). "Ini salah satu faktor kenapa milenial malas masuk sektor pertanian," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya