Harga Minyak Anjlok, Tiket Pesawat Bisa Lebih Murah

Penurunan harga avtur akan membuat biaya operasional maskapai menurun sehingga bisa menekan harga tiket pesawat.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mar 2020, 18:20 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2020, 18:20 WIB
20160412-pesawat terbang
Ilustrasi pesawat terbang lepas landas dari bandara.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia mencapai titik terendah dalam empat tahun belakangan pada perdagangan Senin kemarin. Hari ini, minyak dunia dibuka pada harga USD 32,06 per barel naik tipis sekitar 92 sen.

Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi mengatakan, penurunan harga minyak dunia dalam beberapa hari terakhir bisa berdampak pada penurunan harga tiket pesawat. Sebab, harga minyak akan selalu diikuti oleh penyesuaian harga avtur.

"Sebenarnya dampak langsung dirasakan oleh airline. Karena harga harga minyak turun, avtur juga akan turun," ujar Faik saat ditemui di Plataran Menteng, Jakarta, Selasa (10/3/2020).

Penurunan harga avtur akan membuat biaya operasional maskapai menurun. Apabila biaya operasional maskapai menurun maka harga tiket bisa turun. Sementara AP I akan mendapatkan untung apabila tiket turun.

"Jadi biaya operasi airline murah, harapannya harga tiket pesawat bisa juga murah. Kalau tiket murah, penumpang makin banyak. AP I juga kecipratan karena penumpang yang datang lebih banyak," jelas Faik.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

Harga Minyak Dunia

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Harga minyak mentah dunia naik kembali, usai turun lebih dari 20 persen. Minyak mentah Intermediate West Texas (WTI) dan patokan minyak internasional Brent sempat mencatat penurunan terburuk sejak 1991.

Melansir laman CNBC, Selasa (10/3/2020), kini harga WTI diperdagangkan naik 92 sen, atau 2,9 persen menjadi USD 32,06 per barel.

Kemarin, WTI dan Brent masing-masing turun 24,59 persen dan 24,1 persen. Penurunan ini mencapai posisi terendah lebih dari 4 tahun.

Aksi jual tajam terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan Rusia, yang dikhawatirkan dapat menyebabkan pasokan minyak mentah berlebih.

Pada pekan lalu, Rusia selaku sekutu OPEC menolak tambahan produksi 1,5 juta barel per hari yang diusulkan 14 anggota kartel minyak tersebut.

Usai terjadi kebuntuan pembicaraan, pemimpin OPEC Arab Saudi langsung memangkas harga minyak resminya karena dilaporkan bersiap untuk meningkatkan produksi.

Pemotongan produksi sebelumnya berakhir pada Maret. Itu artinya, mulai 1 April, para produsen minyak boleh memompa produksinya sesuai keinginan. Membanjirnya pasokan bisa kian menekan harga yang sudah tertekan wabah Virus Corona.

Pada hari Senin, Departemen Energi AS mengatakan pemerintahan Trump sedang memantau situasi menyusul penurunan tajam minyak dunia tersebut.

“Upaya negara ini untuk memanipulasi dan mengejutkan pasar minyak memperkuat pentingnya peran Amerika Serikat sebagai pemasok energi yang andal bagi mitra dan sekutu di seluruh dunia. Amerika Serikat, sebagai produsen minyak dan gas terbesar di dunia, dapat dan akan tahan terhadap volatilitas ini. Pertumbuhan industri minyak dan gas yang tidak konvensional di Amerika Serikat telah menghasilkan pasar yang lebih aman, tangguh, dan fleksibel,” mengutip pernyataan departemen tersebut.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya