Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto akan menerbitkan aturan larangan ekspor masker. Larangan tersebut untuk mengantisipasi kelangkaan masker di Indonesia di tengah merebaknya Virus Corona.
"Dan ini (masker) untuk sementara kita buat peraturan untuk melarang ekspor," ujar Agus di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/3).
Agus mengatakan, larangan ekspor tersebut untuk menjamin kebutuhan industri dalam negeri dan juga masyarakat sebagai konsumen.
Advertisement
Baca Juga
"Kemudian kita juga akan terbitkan larangan sementara produk masker untuk menjamin kebutuhan industri maupun konsumen dalam negeri," jelasnya.
Pemerintah akan membuka lagi keran ekspor apabila seluruh kebutuhan dalam negeri sudah tercukupi. "Nanti disesuaikan sampai nanti kebutuhan cukup atau lebih. Kalau memang stoknya lebih baru kita buka lagi," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Indonesia akan Produksi 6 Juta Masker di April
Pastikan stok ketersediaan masker aman di Indonesia, Menteri BUMN, Erick Thohir, menyebutkan bila stok masker yang ada di Kimia Farma saat ini, dalam kondisi aman. Meski begitu, Erick Tohir menyebut bila besaran jumlahnya naik-turun.
"Kondisinya saat ini fluktuatif, karena sesuai dengan kebutuhan di daerahnya. Seperti yang saya cek beberapa waktu lalu, untuk di Jakarta aman, Padang aman, sedangkan di Manado kehabisan," katanya di Terminal 3, Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (11/3/2020).
Untuk mencukupi kebutuhan itu, nantinya BUMN akan memproduksi 6 juta masker pada April. Yang memproduksi pun masih perusahaan BUMN, dengan mengambil dan mencari bahan baku dari Eropa, setelah bahan dari Cina juga kehabisan.
"Masih diproduksi, sementara kan bahan bakunya masih impor. Kita lagi cari solusi, kalau bisa bahan baku lapisan depan masker itu kita yang buat sendiri-lah," ujarnya.
Dia pun memastikan, bila saat ini Kimia Farma menjual masker dengan harga yang wajar, yakni Rp 2 ribu. Kemudian, dia menyuarakan penggunaan masker yang benar dan tepat itu seperti apa, jangan sampai masker langka dan mahal hanya karena masyarakat terlalu panik dengan pemberitaan virus corona.
"Yang pakai masker itu yang sakit, kalau berkendara motor enggak perlu pakai masker yang hijau begini, ini sebenarnya untuk di rumah sakit, ada lagi namanya masker anti debu. Ini perlu disosialisasikan juga kepada masyarakat," katanya.
Makanya, pada saat melihat langsung penanganan corona di Bandara Soetta, Erick Tohir bersama Wamen, tidak mengenakan masker sama sekali. Dia mengaku dalam kondisi sehat, jadi tidak membutuhkan masker.
"Kalau Pak Dirut APII, petugas KKP atau petugas yang bisa 24 jam di bandara begini, memang wajar perlu pakai," katanya.Â
Advertisement