Gara-Gara Corona, Ekonomi Dunia Diprediksi Tumbuh Negatif di 2020

Dunia menghadapi ancaman covid-19 yang sejak Februari ternyata telah berkembang menjadi begitu sangat cepat dan sangat ganas.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 24 Mar 2020, 17:24 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2020, 17:24 WIB
Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). APBN 2019, penerimaan negara tumbuh 6,2 persen dan belanja negara tumbuh 10,3 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Seiring berkembangnya penyebaran corona covid-19 yang luar biasa cepat dan ganas, G20 mengundang menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral untuk melakukan pertemuan secara virtual yang dilakukan tadi malam (23/3) pukul 18.00 WIB, yang diikuti oleh semua anggota G20 plus beberapa negara yag diundang dan lembaga-lembaga multilateral.

"Pertemuan tersebut mambahas kondisi ekonomi global dan bagaimana G20 bisa menghadapi pandemik covid-19 yang betul-betul mempengaruhi ekonomi dan keuangan secara signifikan," ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani saat media briefing, Selasa (24/3/2020).

Disampaiakan oleh Sri Mulyani, Managing Director IMF menyampaikan dalam pembukaannya, bahwa pada 2020 proyeksi pertumbuhan global dipastikan akan negatif.

"Ini artinya akan terjadi kontraksi. ini jauh lebih rendah dari yang tadinya dibayangkan tahun 2020 pertumbuhan ekonomi ada di atas 3 persen," lanjut Sri Mulyani.

Kendati demikian, IMF menyampaikan pada tahun 2021 diharapkan akan ada perbaikan.

Kemudian Menkeu Saudi, dalam pembukaannya menyatakan bahwa dunia menghadapi ancaman covid-19 yang sejak Februari ternyata telah berkembang menjadi begitu sangat cepat dan sangat ganas, yang mempengaruhi baik sisi supply maupun sisi demand dari perekonomian global di semua negara.

"Sehingga misi dari G20 perlu untuk direkonsolidasikan dalam rangka untuk bisa merespon apa yang disebut tantangan global terhadap manusia keselamatan dan kesehatannya, kepada perekonomian, dan kepada keuangan," jelas Sri Mulyani.

Kembali ia tegaskan, Global threat yang pertama kepada manusia, dalam bentuk keselamatan dan kesehatan. Kedua, dari sisi ekonomi, dan ketiga dari sisi keuangan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Gelar Pertemuan Virtual, Negara G20 Sepakati 5 Hal Terkait Penanganan Virus Corona

BI Turunkan Suku Bunga Acuan ke 5,25 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah) didampingi DGS Destry Damayanti (kiri) dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kanan) memberi keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Kantor BI, Jakarta, Kamis (19/9/2019). BI menurunkan suku bunga acuan BI7DRR menjadi 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sejumlah negara yang tergabung dalam G20 telah menggelar rapat sehubungan dengan dampak penyebaran virus corona. Rapat tersebut diikuti oleh 20 Menteri Keuangan dan Bank Sentral negara peserta. Beberapa organisasi keuangan dunia juga turut hadir dalam video konferensi yang diselenggarakan Senin 23 Maret lalu.

Dalam pertemuan itu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan ada lima agenda pembahasan. Pertama, seluruh negara di dunia sepakat untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan penyebaran covid-19 baik dari aspek kesehatan maupun aspek kemanusiaan.

"Bagaimana pandemik global ini kemudian diatasi dengan join action agar aspek-aspek kemanusiaan khususnya kesehatan diatasi dengan baik," kata Perry di Komplek Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (24/3).

Berbagai negara di dunia sepakat untuk saling bertukar informasi terkait langkah protokol untuk pencegahan perluasan wabah. Termasuk saling mengisi kebutuhan obat-obatan dan berbagai hal yang dirasa diperlukan.

Kedua, negara peserta G20 sepakat melakukan langkah-langkah kebijakan fiskal dan moneter untuk dilakukan secara global dengan kewenangan masing-masing negara. Semua negara juga menyediakan stimulus fiskal yang besar dalam mengatasi dampak covid-19 terhadap aspek ekonomi. Khususnya kepada masyarakat, UMKM maupun dunia usaha.

Kemudian, bagaimana beban masyarakat dan UMKM bisa diatasi. Termasuk juga dengan perusahaan dengan stimulus fiskal sesuai dengan ketentuan masing-masing negara.

Dalam rapat itu juga dibahas bagaimana bank sentral melakukan langkah bersama dalam mengatasi dampak-dampak covid-19. Termasuk juga mengatasi kepanikan pasar keuangan global. Bagaimana bank sentral bukan hanya penurunan suku bunga tapi juga menambah likuiditas dan injeksi likuiditas di pasar keuangan.

Bank sentral juga mengurangi beban bagi perbankan maupun sektor keuangan masyarakat. Termasuk dalam pembiayaan ekonomi dengan berkoordinasi bersama OJK di masing-masing negara .

"Komitmen semua negara untuk koordinasi baik secara nasional dari fiskal, moneter dan sektor keuangan. Demikian juga koordinasi antar negara," kata Perry.  

Lembaga Keuangan Dunia Tingkatkan Pendanaan

Logo IMF
(Foto: aim.org)

Ketiga, Lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia, IMF, atau lembaga keuangan internasional lain sepakat meningkatkan pendanaanya dan melakukan pengetatan likuiditas dolar secara global. Kata Perry, IMF merencanakan akan meningkatkan alokasi SDR (Special Drwasing Right).

IMF juga akan memberikan swab line kepada seluruh negara. Sebab terjadi tekanan di seluruh negara tanpa persyaratan apapun.

Keempat, Bank dunia juga meningkatkan pendanaan khususnya emerging dan juga negara berkembang untuk mengatasi berbagai program baik kesehatan, maupun UMKM dan masyarakat luas.

"Dan ini akan ditindak lanjuti lembaga internasional tadi," kata Perry.

Kelima, rapat internasional ini akan kembali diselenggarakan pekan depan untuk saling memperbaharui informasi dan kondisi di masing-masing negara. Termasuk koordinasi kebijakan-kebijakan negara baik fiskal, moneter dan sektor keuangan.

"Itu dilakukan sebagai join kolektif action global untuk mengatasi covid-19," kata Perry mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya