Rhenald Kasali: Paling Rentan Terdampak Corona, Pemerintah Harus Segera Bantu UMKM

kelompok yang paling rentan terdampak Corona adalah sektor informal atau UMKM yang hidupnya mengandalkan perputaran uang harian.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 25 Mar 2020, 16:30 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2020, 16:30 WIB
Rhenald Kasali. (Istimewa)
Rhenald Kasali. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Wabah Corona berpusat di Wuhan, China. Globalisasi membuat wabah itu seperti gempa yang memicu tsunami. Gelombangnya cepat menyebar ke berbagai belahan dunia.

"Corona ini memiliki karakter short term outbreak. Wabahnya bersifat sementara. Seperti tsunami, kejadiannya singkat, tapi dampaknya bisa luar biasa," kata Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali, dalam keterangan tertulis, Rabu (25/2/2020).

Layaknya tsunami, penyebaran wabah terjadi begitu cepat. Kini Corona sudah menyebar hingga ke 173 negara. Dampak kemanusiaan maupun dampak ekonominya luar biasa.

"Banyak negara kewalahan menghadapi pandemi ini, termasuk negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa," kata Rhenald.

Founder Rumah Perubahan ini mendorong agar semua pihak bahu-membahu di tengah suasana sulit seperti saat ini. Pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat dan media harus bergerak bersama-sama.

"Butuh kolaborasi besar-besaran untuk melalui masa-masa penuh tantangan seperti ini," ucapnya.

Dari aspek dampak ekonomi, Rhenald mengingatkan jika kelompok yang paling rentan terdampak adalah sektor informal atau UMKM yang hidupnya mengandalkan perputaran uang harian. "Kelompok ini yang harus menjadi prioritas untuk dibantu," terangnya.

Karena itu, menurut Rhenald, pemerintah harus sesegera mungkin menerapkan strategi realokasi anggaran guna membantu kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan pekerja informal atau UMKM. "Masyarakat harus mendapat resources yang cukup untuk survive," ujarnya.

Rhenald menyebut, dampak wabah Corona memang menghantam semua sektor usaha. Namun, pelaku usaha skala besar setidaknya memiliki daya tahan lebih kuat karena masih bisa menggunakan cadangan asetnya untuk survive di tengah turunnya permintaan.

"Dengan memprioritaskan bantuan pada masyarakat bawah, pemerintah bisa menjaga daya beli, sekaligus menggerakkan pasar. Jika permintaan barang dan jasa terjaga, pelaku usaha skala besar juga akan terbantu," jelasnya.

Bagi masyarakat, kata Rhenald, kini saatnya memperkuat kolaborasi R to R atau Rakyat dengan Rakyat. Kepedulian sosial harus digaungkan.

Penggalangan dana secara swadaya bisa dilakukan melalui komunitas maupun platform seperti Kitabisa.com dan yang lainnya. "Kita sangat butuh semangat gotong royong di saat seperti ini," katanya.

 

Jeli Melihat Opportunity

Rhenald Kasali
Rhenald Kasali

Sementara bagi pelaku usaha, Rhenald menyatakan jika di saat-saat penuh tantangan seperti ini, selalu ada opportunity yang terbuka. Kuncinya adalah optimisme, kreativitas, inovasi.

"Wabah SARS di Tiongkok pada 2003 lalu menjadi momentum pertumbuhan toko online Taobao milik Alibaba yang kini mendunia," sebutnya.

Di Indonesia, menurut Rhenald, ekspansi Susi Air juga bergerak cepat usai bencana tsunami Aceh pada akhir 2004.

Ketika itu, pesawat Susi Air menjadi armada udara pertama yang berhasil masuk membawa bantuan ke Aceh.

Sebelum tsunami Aceh, Susi Air hanya menggunakan armada pesawat untuk transportasi hasil laut seperti ikan dan lobster.

Namun, kejadian tsunami membuat Susi Pudjiastuti menyadari betapa tingginya kebutuhan angkutan udara penumpang di wilayah terpencil. Sejak itulah, Susi Air menjadi spesialis maskapai perintis. "Artinya, jika melihat dengan jernih, selalu ada peluang di balik musibah," ucap Rhenald.

Kejernihan berpikir itulah yang juga menjadi perhatian Rhenald. Dalam kondisi seperti ini, informasi bergerak bergitu cepat, menciptakan kesimpangsiuran bagi banyak pihak. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya