Virus Corona Tak Kunjung Jinak, Apa Kabar Inflasi?

Aksi borong mayaralat terhadap bangan pangan dampak penyebaran virus corona mampu mempengaruhi inflasi

oleh Athika Rahma diperbarui 26 Mar 2020, 18:20 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2020, 18:20 WIB
IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan BI memastikan kondisi inflasi akan tetap terjaga di tengah pandemi Corona yang menyebabkan kepanikan global dan berujung melemahnya nilai tukar rupiah hingga mencapai Rp 16.500 per dolar AS.

Hal tersebut dapat terjamin karena ada 4 faktor. Perry menjelaskannya saat menjawab pertanyaan wartawan dalam virtual media briefing, Kamis (26/3/2020).

"Pertama, stok pangan dan barang kita, terutama pangan itu sangat mencukupi. Pemerintah sudah jamin berkali-kali kalau ketersediaan pangan cukup. Jadi inflasi dari bahan pangan rendah," jelasnya.

Faktor kedua adalah secara agregat, permintaan (demand) dan penawaran (supply) terhadap bahan pangan seimbang, sehingga kesenjangan output negatif.

Ketiga adalah kebijakan yang dikeluarkan BI untuk menjaga stabilitas ekonomi dan pasar keuangan memberikan rasa aman dan percaya diri (confidence).

"Oleh karenanya Maret ini kita prediksi inflasi 2,98 persen. Sasaran kita 3 persen plus minus 1 persen Insya Allah akan tercapai, terutama karena koordinasi yang erat dengan pihak terkait," lanjutnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pelemahan Temporer

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Terakhir adalah sifat pelemahan nilai tukar rupiah yang saat ini temporer. Pelemahan rupiah terjadi karena kepanikan global akibat wabah pandemi Corona, yang mana jika masalah virus tersebut teratasi, nilai tukar rupiah akan kembali stabil. Perry juga mengatakan bahwa dua hari terakhir ini nilai tukar rupiah telah mengalami penguatan.

"Nilai tukar rupiah menguat dan stabil. Sejak Selasa lalu mekanisme pasar baik dan bid offer memberlakukan nilai tukar rupiah, Rp 16.250 (per dolar AS), menguat dari hari Senin dan Selasa," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya