Sepi Pelanggan Karena Corona, Usaha Warung Makan Terpaksa Tutup

Kebijakan physical distancing untuk menekan penyebaran corona berdampak buruk bagi kelangsungan usaha kecil di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Apr 2020, 15:10 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2020, 15:10 WIB
Warteg
Deretan makanan di salah satu warteg yang berada di kawasan Kali Pasir, Cikini, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Meluasnya penyebaran virus corona membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan physical distancing untuk melindungi warganya. Sehingga berdampak buruk bagi kelangsungan usaha kecil di Indonesia.

Seperti Lina yang terpaksa menutup usaha warung makan di daerah Tebet, Jakarta Selatan sejak tiga minggu terakhir karena menurunnya jumlah pelanggan setelah banyak perusahaan menerapkan sistem work From Home (WFH) untuk melindungi karyawannya.

"Sekarang enggak bisa balik modal, lebih baik tutup dulu," keluh wanita berusia 35 tahun tersebut pada Rabu (8/4).

Diakuinya bahwa wabah virus corona tidak diduga dapat memberikan pukulan berat bagi kelangsungan bisnisnya, yang biasanya justru sektor UMKM lebih tahan terhadap berbagai krisis ekonomi.

Selain itu, kenaikan berbagai bahan pangan khususnya bumbu dapur di bulan Maret 2020 berpengaruh besar pada kondisi keuangan usaha warung makannya. Bagaimana tidak untuk harga satu kilogram bawang bombay saja hampir menyentuh Rp. 200.000 per kilogram.

Sedangkan pendapatan bisnisnya hanya mengandalkan konsumen yang makan di tempat, karena keterbatasan teknologi untuk menunjang layanan pemesanan makanan secara daring.

Lina kemudian berharap pemerintah sudi memberikan modal ataupun pelatihan teknologi untuk melebarkan akses penjualan secara online, agar usahanya dapat kembali bergeliat ditengah wabah virus corona.

"Karena sekarang, sudah tidak ada lagi pendapatan," keluh dia.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Pengusaha Sepatu

pabrik-sepatu-121123-logo.jpg
Pabrik sepatu

Nasib serupa juga dialami oleh  Miske Niharda, pemilik usaha sepatu domestik merk DE' monte Exclusive yang mengaku terpaksa menghentikan aktivitas produksi bisnisnya sejak tiga minggu terakhir.

Ini terpaksa dilakukan karena konsumen melakukan aksi pembatalan pesanan sepatu produksinya akibat melemahnya perekonomian domestik.

"Sedangkan bahan baku kulit untuk sepatu, sudah kita bayar. Kan harganya engga murah," keluh Miske pada Selasa (7/4).

Dengan berat hati, dia memutuskan untuk sementara waktu merumahkan seluruh karyawannya yang berjumlah 15 orang, karena tidak ada biaya untuk menggajinya. Bahkan, masih banyak sejumlah tagihan biaya produksi yang harus di tanggung oleh Miske.

Sebagai pelaku usaha UMKM, Miske berharap pemerintah sudi untuk memberikan dukungan moril disaat bisnisnya tengah terguncang akibat amukan virus jenis baru asal Wuhan tersebut.

"Mental kita terpukul banget, bukan hanya masalah modal" tandasnya.

Padahal sebelumnya Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan, dampak virus corona terhadap usaha mikro kecil menengah (UMKM) masih kecil. Sebab, sektor ini telah teruji ketahanannya dalam menghadapi berbagai isu ekonomi dari mulai tingkat nasional hingga global.

Bahkan, dia menilai UMKM di Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan virus corona ini untuk memenuhi kebutuhan produk masyarakat yang terhambat karena pembatasan impor.

"Ini Corona kan opportunity (kesempatan) bagi UMKM kita, agar bisa memproduksi barang yang konsumen inginkan," tegas nya di Komplek Gedung Sate, Bandung, Minggu (8/3).

 

 

Ganggu Pertumbuhan Ekonomi

Target Pertumbuhan Ekonomi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurutnya, kekhawatiran oleh dampak dari wabah virus Corona terhadap pertumbuhan ekonomi nasional lebih terhadap kegiatan aktivitas produksi suatu perusahaan yang terancam terhenti.

Dia menilai, permasalahan UMKM sebenarnya disebabkan oleh faktor perencanaan dan kebijakan yang kurang jelas, sehingga banyak UMKM yang kesulitan untuk naik kelas. Untuk itu, pihaknya tengah menyiapkan sejumlah paket kebijakan agar dapat memacu kinerja sektor UMKM Indonesia semakin kompetitif dan lebih mandiri.

Namun, dirinya belum bersedia membocorkan isi paket kebijakan yang di maksud lebih lanjut. "Dinamika ekonomi indonesia itu digerakkan oleh yang kecil kecil itu, jadi jangan salah desain lagi ekonomi ke depannya," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya