Indonesia Mulai Ekspor Produk Pertanian ke China

beberapa produk pertanian nasional kembali bisa mengirim pasokannya ke Negeri Tiongkok, salah satunya pupuk tandan kelapa sawit atau janjang kosong (jangkos)

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 11 Apr 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2020, 09:00 WIB
Stok Pupuk Non Subsidi
Stok Pupuk Non Subsidi (dok: Pupuk Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) menyambut baik berakhirnya masa pemberlakuan karantina wilayah atau lockdown di Kota Wuhan, China, pada Rabu (8/4/2020) kemarin.

Sebab, beberapa produk pertanian nasional kembali bisa mengirim pasokannya ke Negeri Tiongkok, salah satunya pupuk tandan kelapa sawit atau janjang kosong (jangkos) asal Sumatera Utara (Sumut).

Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan Ali Jamil mengatakan, pelaku agribisnis di Tanah Air juga senang dengan kondisi tersebut, mengingat China merupakan salah satu pasar terbesar bagi produk pertanian Indonesia.

"Alhamdulilah, dengan kondisi yang mulai membaik permintaan ekspor ke China yang sempat terpukul kini permohonan pemeriksaan karantina mulai masuk kembali," kata dia melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (11/4/2020).

Saat ini, lanjut Jamil, pihaknya mencatat terdapat permohonan pemeriksaan di Karantina Pertanian Belawan, Sumatera Utara untuk produk sampingan kelapa sawit berupa jangkos atau palm fiber ke China.

"Jangkos asal Sumut ini dikenal berkualitas tinggi, dan merupakan bagian limbah dari hasil pengolahan tandan buah segar (TBS) sawit. Di negara tujuan ekspor biasanya pupuk jangkos ini digunakan sebagai bahan baku tali kapal, pengisi matras, dan jok mobil hingga pesawat terbang," jelasnya.

 

Nilai Ekspor 2019

Wujudkan Ketahanan Pangan, Kementan Terus Kawal Penyaluran Pupuk Bersubsidi
Pemberian pupuk bersubsidi ini haruslah memenuhi enam prinsip utama yang sudah dicanangkan atau disebut 6T.

Dari data Badan Karantina Pertanian, pada 2019 lalu jangkos asal Sumut berhasil membukukan ekspor lebih dari 7,5 ribu ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp 9,5 milar rupiah. Selain China, 9 negara lain juga jadi pelanggannya, seperti Perancis, Arab Saudi dan Malaysia.

Pada awal April ini, sebanyak 681 ton dengan kisaran nilai Rp 933 juta dinyatakan telah sesuai dengan persyaratan otoritas karantina China dan siap diberangkatkan ke pelabuhan Xingang, Huangpu, dan Shanghai.

Adapun pasokan ekspor tersebut sempat tertahan 2 pekan akibat penutupan pelabuhan. Dan kini, dengan berakhirnya masa karantina wilayah di China, permintaan akan produk Jangkos asal Sumut kembali berdatangan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya