Pelayanan PT KAI di Tengah Resiko Tinggi Tertular Corona

Meski PT KAI telah melakukan pembatalan beberapa perjalanan KA, namun saat ini PT KAI masih tetap melayani beberapa perjalanan KA untuk mereka yang terdesak bepergian.

oleh Gilar Ramdhani pada 13 Apr 2020, 16:22 WIB
Diperbarui 13 Apr 2020, 16:19 WIB
Pelayanan PT KAI di Tengah Resiko Tinggi Tertular Corona
Beberapa profesi yang mau tidak mau harus bersinggungan langsung dengan orang banyak di antaranya adalah petugas pelayanan transportasi publik seperti yang ada di PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menganjurkan masyarakat Indonesia untuk melakukan physical distancing. Pola ini maksudnya membatasi kontak-kontak fisik yang tak perlu demi menekan laju penyebaran virus corona (Covid-19). Karena itu, kebijakan belajar, bekerja dan beribadah dari rumah pun ditempuh. Namun, ada beberapa jenis pekerjaan yang tak mungkin menerapkan sistem tersebut. Karenanya, orang dengan profesi tertentu menjadi kian rentan lantaran kontak fisik yang tak terhindarkan.

Selain tenaga medis yang diharuskan melakukan kontak dengan orang yang memiliki masalah kesehatan. Beberapa pekerjaan pelayanan publik menuntut agar tetap bekerja di luar rumah, saat orang lain dianjurkan untuk tetap #dirumahaja. Beberapa profesi yang mau tidak mau harus bersinggungan langsung dengan orang banyak diantaranya petugas pelayanan transportasi publik seperti yang ada di PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Meski KAI telah melakukan pembatalan beberapa perjalanan KA untuk mendukung program pemerintah menekan rantai penyebaran virus corona, namun saat ini KAI sendiri masih tetap melayani beberapa perjalanan KA untuk mereka yang terdesak bepergian. Akibatnya, beberapa petugas yang bekerja di stasiun seperti Customer Service, Petugas Loket dan Petugas Boarding tetap melakukan pekerjaan seperti biasa.

Customer service dan petugas loket contohnya, mereka harus tetap melakukan pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan di rumah. Meski KAI sendiri telah menghimbau kepada calon penumpang KA untuk melakukan pembelian dan melakukan proses refund (cancelation dan reschedule) melalui aplikasi resmi KAI Access. Namun, masih ada beberapa orang yang tetap datang ke stasiun.

 

Cerita Petugas Stasiun Jakarta Kota dan Bandung

Yoana yang berdinas di Stasiun Jakarta Kota dan telah mengabdikan diri selama lima tahun sebagai petugas loket mengaku sedikit khawatir bekerja di saat pandemi corona.

“Agak sedikit sulit untuk orang tua mengizinkan anaknya keluar rumah berdinas pada kondisi pandemi corona yang makin meluas seperti ini. Apalagi saya harus berangkat dari Bogor ke Jakarta menggunakan KRL yang tingkat penyebarannya tinggi. Tapi saya menerima bahwa bekerja di KAI ini untuk melayani masyarakat, walau sangat mungkin saya juga dapat tertular corona apalagi pekerjaan menuntut untuk bertemu banyak orang yang berbeda,” jelasnya.

“Meski KAI menghimbau agar proses refund (cancelation dan reschedule) bisa dilakukan di rumah menggunakan aplikasi KAI Access, faktanya masih banyak penumpang yang merasa lebih yakin dengan datang langsung ke stasiun,” pungkas Yoana.

Senada dengang Yoana, Malinda seorang petugas customer service yang bertugas di Stasiun Bandung merasakan hal yang sama.

“Saya harus tetap berdinas menjalankan kewajiban dalam kondisi bagaimanapun. Dalam kondisi pandemi corona ini, jujur sedikit was-was karena kita tidak tahu siapa orang yang sudah terinfeksi dan dapat menularkan. Ibu saat ini juga sedang sakit di rumah, takutnya kondisi imun ibu tidak sebaik saya yang masih muda sehingga lebih rentan sakit. Ketika tidak berdinas saya menghabiskan waktu untuk merawat ibu karena tidak ada yang menjaganya,” ucap Malinda.

“Tidak sedikit calon penumpang KA yang tidak peduli dengan sekitar seperti batuk di depan saya dan tidak menjaga jarak. Namun, saya tidak segan untuk memberikan nasihat dan menghimbau agar tetap menjaga kenyamanan bersama. Sebagai langkah antisipasi, saya juga tidak lupa menggunakan APD yang disediakan perusahaan antara lain masker, hand glove, dan rutin mencuci tangan dengan hand sanitizer. Hal ini saya lakukan karena sangat takut membawa penyakit ke rumah, terlebih kondisi orang tua yang tidak begitu sehat,” jelas Malinda.

Pada kondisi seperti ini mereka berdua mengaku tetap menjaga agar kondisi tubuh tetap sehat dan fit. Salah satu yang dilakukan menjaga pola makan dengan asupan gizi yang seimbang, minum vitamin, istirahat cukup dan memperbanyak minum air putih. Selain itu, dalam melakukan aktivitas kerja mereka juga mengikuti standar operasional pekerjaan (SOP) yang diberlakukan KAI dan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Protokol Pencegahan Covid-19

Saat ini, KAI sendiri menerapkan physical distancing baik di Stasiun maupun KA dengan memberikan jarak tempat duduk di kursi antrian loket, customer service dan ruang tunggu. Di dalam rangkaian KAI memberlakukan kapasitas maksimum angkutan penumpang 50% agar ada jarak antara satu penumpang dan penumpang lainnya. Tidak lupa, untuk menjaga kebersihan di stasiun dan rangkaian KA, KAI secara rutin melakukan penyemprotan disinfektan.

Jika terpaksa bepergian menggunakan kereta api, para pengguna jasa KA tentu harus melewati pemeriksaan terlebih dahulu. Tidak seperti biasanya calon penumpang hanya di cek boarding pass/e-boarding oleh petugas. Pada saat ini petugas boarding juga bertugas memastikan calon penumpang tidak memiliki gejala tertular virus corona. Hal yang dilakukan petugas yaitu dengan melakukan pengecekan suhu tubuh menggunakan infrared gun thermometer.

Bagi penumpang yang memiliki suhu tubuh 38 derajat celcius keatas tidak diperkenankan melanjutkan perjalanan dan KAI akan mengembalikan bea pemesanan tiket. Bagi penumpang suspect corona yang membawa pendamping, maka tiket dapat dikembalikan penuh dengan maksimal empat orang dalam satu kode booking dan dua orang jika kode booking berbeda.

Ujang Rusen yang berdinas sebagai assistant manager hubungan masyarakat Daerah Operasi 2 Bandung mendapatkan tugas boarding empat kali sebulan selama 8 jam dalam satu kali berdinas. Ia mengaku ini merupakan pengalaman yang sedikit berbeda karena harus berdinas ditengah pandemi corona.

“Sebenarnya ada rasa khawatir saat berdinas melayani penumpang secara langsung karena sepengetahuan saya tidak semua orang yang telah terinfeksi memiliki gejala. Namun, ini merupakan tanggung jawab yang tetap harus saya jalankan. Setiap pulang berdinas biasanya saya tidak berani langsung mendekat dengan keluarga, hal pertama yang dilakukan yaitu mandi dan mencuci semua pakaian,” ujarnya.

“Sebagai langkah pencegahan saya tetap menjaga pikiran tetap positif dengan mengurangi aktivitas di media sosial dan lebih sering melihat atau membaca hal-hal positif. Istirahat dan olahraga yang cukup juga diperlukan. Selama tidak ada hal yang terlalu penting, saya usahakan tidak keluar rumah. Saat ini selain berdinas, lebih banyak waktu saya lakukan untuk bercengkrama dengan keluarga di rumah, mendengarkan musik, membantu istri memasak dan kegiatan lainnya yang bisa dilakukan di rumah,” pungkas Ujang Rusen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya