Ekonomi China Terkontraksi 6,8 Persen Gara-gara Virus Corona

Para ahli memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mungkin segera pulih.

oleh Nurmayanti diperbarui 17 Apr 2020, 15:30 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2020, 15:30 WIB
FOTO: Perpisahan Kelompok Petugas Medis Terakhir dari Luar Wuhan
Sukarelawan saat upacara perpisahan untuk kelompok petugas medis terakhir yang datang dari luar Wuhan dalam membantu kota selama wabah virus corona COVID-19 di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Rabu (15/4/2020). Wuhan mulai pulih setelah lebih dari dua bulan melawan COVID-19. (AP Photo/Ng Han Guan)

Liputan6.com, Jakarta Perekonomian China menyusut untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir imbas Virus Corona melumpuhkan negara itu dimulai pada akhir 2019.

Produk domestik bruto (PDB) di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu turun 6,8 persen pada Januari-Maret dibandingkan tahun sebelumnya.

Melansir laman AFP, Jumat (17/4/2020), Data Biro Statistik Nasional (NBS) menandai ini menjadi kontraksi pertama sejak pemerintah mulai mencatat kinerja triwulanan negara tersebut di awal 1990-an. Ini juga berbanding terbalik dari kondisi pada kuartal keempat 2019.

Angka itu mengalahkan perkiraan penurunan polling analis AFP sebelum laporan dirilis sebesar 8,2 persen. Para ekonom telah lama curiga jika data ekonomi resmi Tiongkok dipoles karena alasan politik.

"Kontraksi aktual pada kuartal pertama, terutama pada bulan Maret, bisa lebih buruk dari angka yang disarankan," kata Analis Nomura.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tak Lekas Pulih

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi 2
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

Para ahli memperingatkan bahwa pertumbuhan tersebut tidak mungkin segera pulih. Permintaan barang China yang tertekan di pasar luar negeri yang juga bergulat dengan pandemi.

Kekhawatiran wabah gelombang kedua, menyeret upaya untuk kembali menghidupkan secara penuh perekonomian China, yang menjadi mesin utama pertumbuhan global.

"Kami sekarang menghadapi tekanan yang meningkat dalam pencegahan infeksi epidemi impor, serta kesulitan dan tantangan baru untuk melanjutkan kembali pekerjaan dan produksi," kata juru bicara NBS Mao Shengyong dalam konferensi pers.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya