Produsen Pesawat Dunia Airbus Merugi Rp 7,9 Triliun Imbas Corona

Airbus mengirimkan 40 unit pesawat lebih sedikit daripada kuartal yang sama tahun 2019 karena krisis.

oleh Nurmayanti diperbarui 29 Apr 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2020, 18:00 WIB
Singapore Airshow
Pengunjung berjalan melewati stan Airbus pada pembukaan Singapore Airshow di Singapura, Selasa (11/2/2020). Pameran dirgantara terbesar di Asia tersebut dibayangi wabah virus korona, yang memaksa puluhan perusahaan dunia absen dalam perhelatan besar itu. (AP/Danial Hakim)

Liputan6.com, Jakarta Produsen pesawat besar dunia asal Eropa, Airbus merugi pada kuartal pertama tahun ini dampak pandemi virus Corona yang memicu krisis paling parah yang pernah pada industri kedirgantaraan.

Melansir laman AFP, Rabu (29/4/2020), Airbus melaporkan rugi 481 juta euro (USD 522 juta) setara Rp 7,9 triliun, bila dibandingkan dengan perolehan laba pada periode yang sama tahun lalu senilai 40 juta euro.

Sementara pendapatan perusahaan susut 15,2 persen menjadi 10,6 miliar euro. "Ini yang mencerminkan kondisi pasar yang sangat dipengaruhi oleh pandemi, terutama pada penerbangan komersial," mengutip pernyataan Airbus .

Kelompok ini mengirimkan 40 unit pesawat lebih sedikit daripada kuartal yang sama tahun 2019 karena krisis.

"Kami melihat awal yang kuat untuk tahun ini baik secara komersial maupun industri tetapi kami dengan cepat melihat dampak pandemi COVID-19 begitu besar," kata CEO Guillaume Faury.

Dia mengatakan jika sekarang berada di tengah-tengah krisis paling parah yang pernah dikenal oleh industri dirgantara.

"Kami menerapkan sejumlah langkah untuk memastikan masa depan Airbus. Kami memulai lebih awal dengan memperkuat likuiditas yang tersedia untuk mendukung fleksibilitas keuangan.

 


Produksi

Airbus meluncurkan A321XLR untuk melengkapi keluarga pesawat terlaris A321neo. (Foto Airbus)
Airbus meluncurkan A321XLR untuk melengkapi keluarga pesawat terlaris A321neo. (Foto Airbus)

Airbus mengirimkan 122 pesawat dalam periode tiga bulan, sementara 60 hasil produksinya tidak dikirim ke pelanggan karena krisis Corona.

"Kami menyesuaikan produksi pesawat komersial sesuai dengan permintaan pelanggan dan berkonsentrasi pada pengendalian kas tunai dan struktur biaya jangka panjang kami untuk memastikan kami dapat kembali ke operasi normal setelah situasinya membaik," kata Faury

Dia mengatakan industri sekarang perlu mengembalikan kepercayaan penumpang dalam perjalanan udara ketika kita belajar untuk hidup berdampingan dengan pandemi ini."

Airbus mengatakan pada awal April bahwa pihaknya telah memangkas produksi pesawat sekitar sepertiga karena maskapai global mengurangi rencana mereka dalam krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk industri ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya