Gara-Gara Corona, Okupansi Hotel Bintang Hanya 32,4 Persen di Maret 2020

Penurunan kedatangan wisman ke Indonesia akibat pandemi Corona menyebabkan seluruh sektor pendukung pariwisata terbentur, termasuk perhotelan.

oleh Athika Rahma diperbarui 04 Mei 2020, 14:10 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2020, 14:10 WIB
Ilustrasi Hotel
Ilustrasi hotel. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Data Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Nasional yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (4/5/2020) menyebutkan, tingkat penghunian kamar hotel klasifikasi bintang pada Maret 2020 mencapai rata-rata 32,24 persen, atau turun 20,64 poin dibanding bulan yang sama tahun lalu yang sebesar 52,88 persen.

Sebelumnya, BPS melaporkan bahwa jumlah kedatangan wisman per Maret 2020 turun 64,11 persen menjadi 470 ribu kunjungan saja. Penurunan terjadi hampir di seluruh pintu masuk jalur udara, laut dan darat.

Kepala BPS Suhariyanto sebelumnya menyatakan, terjadi penurunan angka kedatangan wisman ke Indonesia akibat pandemi Corona menyebabkan seluruh sektor pendukung pariwisata terbentur, termasuk perhotelan.

"Tentunya penurunan jumlah wisman ini sangat berdampak kepada sektor pendukungnya seperti perhotelan, pariwisata, transportasi. Dan ini harus diwaspadai," ujar Suhariyanto dalam pemaparannya, Senin (4/5/2020).

Secara tahunan, tingkat okupansi hotel bintang di Provinsi Bali mengalami penurunan 30,02 poin. Lalu, di Provinsi Sulawesi Utara penurunan tercatat sebesar 32,68 poin dan Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 26,92 poin.

Labih lanjut, jika dibandingkan bulan Februari 2020, tingkat okupansi hotel turun 16,98 poin dari angka 49,22 persen. Tingkat penghunian kamar hotel tertinggi tercatat berada di Provinsi Papua Barat yaitu 45,75 persen, diikuti Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 43,26 persen dan Provinsi Kalimantan Timur sebesar 39,94 persen.

"Sedangkan, TPK (tingkat penghunian kamar hotel) terendah tercatat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 18,87 persen," demikian dikutip dari data resmi BPS.

Okupansi Cuma 10 Persen, Hotel di Lombok Tawarkan Paket Isolasi Mandiri

Ilustrasi Hotel
Ilustrasi penginapan. (dok. pexels.com/PIxabay)

Sejumlah hotel di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), menawarkan paket isolasi mandiri dengan tarif murah. Langkah ini sebagai salah satu cara untuk menarik minat pengunjung yang sudah sangat sepi akibat wabah virus corona Covid-19.

General Manager Hotel Aruna Senggigi, Weni Kristanti, menyebutkan bahwa pihaknya menurunkan tarif menginap sebesar 50 persen bagi tamu yang memanfaatkan paket isolasi mandiri selama 14 hari dan 30 hari.

"Untuk paket isolasi mandiri di hotel selama 14 hari tarifnya Rp 5,8 juta, sedangkan 30 hari sebesar Rp 12,3 juta. Harga tersebut sudah turun 50 persen dari harga normal. Bahkan, kami memberikan manfaat tambahan untuk paket isolasi mandiri tersebut," katanya dikutip dari Antara, Rabu (15/4/2020).

Ia menjelaskan, penurunan tarif menginap hingga 50 persen tersebut terpaksa dilakukan karena dalam situasi pandemi Corona Covid-19 saat ini, tingkat hunian kamar sangat rendah, yakni di bawah 10 persen.

Di satu sisi, kata Weny, pihaknya belum merumahkan karyawan seperti hotel lainnya. Dengan cara memberikan potongan harga yang relatif besar, diharapkan bisa direspon positif oleh pasar.

"Semoga dengan harga promo tersebut, kami bisa mendapatkan pasar. Dan semoga pandemi Corona segera berlalu dan kondisi pariwisata bisa pulih kembali," ujarnya.

Hotel Jayakarta

Ilustrasi
Ilustrasi tempat tidur di kamar hotel. (dok. pexels.com/Pixabay)

Selain Hotel Aruna Senggigi, paket isolasi mandiri dengan tarif murah juga ditawarkan Hotel Jayakarta Senggigi. Salah satu hotel ternama di Kabupaten Lombok Barat itu memberikan tarif sebesar Rp2 juta untuk paket isolasi mandiri selama enam hari lima malam.

"Harga yang kami tawarkan sudah turun sebesar 40 persen dari tarif normal. Kamar yang kami berikan kelas deluxe. Ada 171 kamar, tapi hanya 10 kamar deluxe yang kami buka di saat kondisi saat ini. Semuanya juga tetap disemprot disinfektan sekali dalam sepekan," katanya.

Ia juga mengaku belum merumahkan seluruh karyawan meskipun kondisi tamu yang menginap sudah sangat sepi. Pemilik hotel juga masih tetap bersedia membayar penuh gaji karyawan meskipun tingkat hunian sudah tidak normal lagi.

"Yang terisi dalam satu hari paling cuma dua hingga tiga kamar saja. Makanya hanya 10 kamar yang kami buka untuk minimalkan biaya. Tapi kami tidak tahu nanti, seperti apa kondisi di bulan Mei," ucap Cherry.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya