Pengamat Energi: Harga BBM di Indonesia Termasuk yang Termurah di ASEAN

Harga BBM di Indonesia dengan negara lain seharusnya tidak bisa dibandingkan karena kondisi geografis Indonesia dengan negara lain sangat jauh berbeda.

oleh Tira Santia diperbarui 11 Mei 2020, 18:30 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2020, 18:30 WIB
Cegah Penyebaran COVID-19, Petugas SPBU di Depok Kenakan Pelindung Wajah
Petugas SPBU menggunakan alat pelindung wajah saat melayani pengendara di SPBU 31-164-01, Margonda, Depok, Jawa Barat, Jumat (8/5/2020). Penggunaan alat pelindung wajah merupakan upaya untuk melindungi diri dalam pencegahan penyebaran virus COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Energi sekaligus Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan, mengatakan bahwa harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Indonesia dengan negara lain tidak bisa dibandingkan. Alasannya, kondisi geografis Indonesia dengan negara lain sangat jauh berbeda.

“Dilihat dari infrastruktur penyaluran BBM saja sudah beda dan panjang sekali untuk di Indonesia, karena kita adalah negara kepulauan dan semua wilayah terutama yang masuk ke 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal) harus tetap mendapatkan BBM,” kata Mamit dalam keterangannya kepada Liputan6.com, Senin (11/5/2020).

Meskipun demikian, dia sampaikan juga bahwa harga BBM di Indonesia bukan yang paling mahal di ASEAN. Justru harga BBM di Indonesia termasuk salah satu yang termurah. Harga BBM di Indonesia lebih murah dibanding Thailand, Filipina dan Singapura berdasarkan data dari globalpetrol.com.

Menurutnya, kenaikan harga minyak dunia ini merupakan kabar baik bagi industri migas nasional terutama di sektor Hulu. Kenaikan ini setidaknya memberikan harapan bagi industri Hulu migas nasional terkait dengan investasi mereka.

“Kegiatan pengeboran baik eksplorasi maupun pengembangan bisa berjalan kembali dengan demikian produksi migas kita bisa terjaga dan akhirnya PNBP sektor migas bisa terjaga,” ujarnya.

Lanjut Mamit, efek dari menurunnya PNBP sektor migas bisa sangat berpengaruh terhadap APBN kita dimana Migas menyumbang di atas 50 persen untuk PNBP sektor energy, kenaikan harga ini setidaknya bisa menjaga target investasi di sektor migas sebesar USD 13,8 miliar tidak terlalu anjlok dan kekhawatiran akan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

”Meskipun target investasi migas saya yakin tidak akan tercapai karena harga minyak masih di bawah yang diharapkan tapi setidaknya kegiatan di sektor hulu masih tetap berjalan dengan berbagai effisiensi yang dilakukan,” pungkasnya.

Pemerintah Diminta Tak Perlu Turunkan Harga BBM

Cegah Penyebaran COVID-19, Petugas SPBU di Depok Kenakan Pelindung Wajah
Petugas SPBU menggunakan alat pelindung wajah saat melayani pengendara di SPBU 31-164-01, Margonda, Depok, Jawa Barat, Jumat (8/5/2020). Penggunaan alat pelindung wajah merupakan upaya untuk melindungi diri dalam pencegahan penyebaran virus COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, Mantan Gubernur Indonesia untuk Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Widhyawan Prawiraatmadja menganggap pemerintah tak perlu memangkas harga Bahan Bakar Minyak (BBM) meski harga minyak dunia saat ini tengah anjlok.

"Konteks yang sekarang ditanyakan adalah kok dengan harga rendah itu BBM di Indonesia enggak turun ya? Kalau saya pribadi menganggap harga sebaiknya jangan turun," ujarnya dalam sesi bincang-bincang virtual, Jumat (8/5/2020).

Sebab menurutnya, harga BBM di Indonesia saat ini masih lebih rendah dibanding negara lain. "Kenapa kalau turun? Harga kita sudah relatif rendah kok," ungkapnya.

Pria yang akrab disapa Wawan ini melanjutkan, jika harga minyak yang dalam kondisi relatif rendah diturunkan, maka itu tidak membawa pengaruh untuk deflasi.

"Tapi begitu kita coba naikan BBM sedikit aja, itu sentimennya pasti akan membawa inflasi yang akan membawa beban kepada negara, kepada pemerintah, kepada ekonomi," sambung Wawan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya