Industri Penerbangan Dunia Diprediksi Sulit Pulih ke Kondisi Sebelum Krisis hingga 2023

Permintaan untuk perjalanan udara anjlok lebih dari 90 persen di Eropa dan AS sejak dimulainya pandemi.

oleh Nurmayanti diperbarui 15 Mei 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2020, 08:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi kabin pesawat terbang. (dok. pexels.com/Sourav)

Liputan6.com, Jakarta Dampak Virus Corona terhadap industri penerbangan ternyata sangat besar. Diprediksi dampak pandemi ini akan mempengaruhi sektor penerbangan udara selama bertahun-tahun.

Ini diungkapkan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), yang memperkirakan lalu lintas penumpang udara tidak akan pulih ke tingkat sebelum krisis sampai setidaknya 2023.

Asosiasi  maskapai penerbangan dunia mengatakan bahwa permintaan untuk perjalanan udara anjlok lebih dari 90 persen di Eropa dan AS sejak dimulainya pandemi. Pemulihan dikatakan akan lebih lambat jika kebijakan lockdown dan pembatasan perjalanan diperpanjang.

"Kami meminta pemerintah untuk melakukan pendekatan bertahap untuk memulai kembali industri ini dan terbang lagi," ujar Direktur Jenderal dan CEO IATA, Alexandre de Juniac, seperti mengutip laman CNBC, Jumat (15/5/2020).

De Juniac berharap beberapa penerbangan akan mulai beroperasi pada musim panas.

"Kami ingin membuka kembali dan meningkatkan pasar domestik pada akhir kuartal kedua, dan membuka pasar regional atau benua - seperti Eropa, Amerika Utara atau Asia-Pasifik- pada kuartal ketiga, dan antarbenua di musim gugur," jelas dia.

"Jadi untuk musim panas kami berharap akan melihat penerbangan di Eropa kembali, dengan saya berharap harga menarik dan proses kontrol yang sangat aman," dia menambahkan.

Perbatasan Uni Eropa tetap tertutup untuk warga negara non-UE hingga pertengahan Juni. Komisi Eropa telah merekomendasikan pendekatan bertahap bagi negara-negara anggotanya untuk membuka kembali perbatasan yang akan dimulai dengan negara-negara dengan tingkat infeksi virus korona yang rendah.

Memang, beberapa maskapai penerbangan sudah berancang-ancang kembali terbang. Maskapai United Airlines dikabarkan telah menjadwalkan membuka rute Eropa dan Cina pada bulan Juni, Emirates Airline Dubai akan memulai kembali sembilan rute terbang, mulai 21 Mei.

Sementara maskapai bertarif rendah Eropa Ryanair mengharapkan 40 persen penerbangannya berjalan pada 1 Juli. Maskapai penerbangan murah Wizz Air akan memulai kembali rute dari Bandara Luton London mulai 16 Juni. Lufthansa merencanakan perluasan layanan pada Juni dan IAG akan melanjutkan beberapa penerbangan pada Juli.

 

Aturan Karantina

FOTO: Layanan Transportasi Dibuka, Bandara Soetta Terpantau Belum Normal
Calon penumpang melihat layar informasi penerbangan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Namun de Juniac memperingatkan jika langkah pengoperasian yang bisa membangkitkan kembali industri bisa pupus, jika pemerintah tetap menerapkan kebijakan karantina 14 hari wajib bagi para pelancong pada saat kedatangan. 

"Kami menganjurkan dengan pemerintah untuk tidak menerapkan tindakan karantina yang akan menahan orang selama dua minggu yang akan tiba di mana saja," harap dia.

Dia menilai langkah tersebut tidak berguna. Periode karantina tidak diperlukan selama maskapai penerbangan dan bandara menerapkan praktik sanitasi dan pemantauan yang ketat.

"Kami telah menerapkan kontrol kesehatan dan sanitasi yang kami diskusikan dengan pemerintah. Ini benar-benar kunci untuk industri pariwisata yang sangat penting bagi banyak negara di Eropa,” lanjut dia.

Sejumlah negara termasuk Australia, Selandia Baru, Cina, Spanyol, dan berpotensi Inggris mengharuskan pelancong internasional untuk karantina selama dua minggu pada saat kedatangan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya