Antisipasi Kekeringan, Kementerian PUPR Pantau kondisi Waduk dan Embung

Kementerian PUPR akan mengoptimalkan pengoperasian infrastruktur tampungan air di seluruh Indonesia.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 21 Mei 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2020, 15:00 WIB
(Foto: Dok Kementerian PUPR)
Pembangunan embung oleh Kementerian PUPR (Foto: Dok Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) akan mengoptimalkan pengoperasian infrastruktur tampungan air di seluruh Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan bahan pokok hasil pertanian dan persediaan air bersih, di tengah pandemi Corona.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat jelas bahwa pemerintah harus menjamin beberapa kebutuhan masyarakat di masa pandemi Corona. Salah satu kebutuhan tersebut adalah air.

"Untuk itu Kementerian PUPR berupaya melakukan langkah-langkah antisipasi menjamin ketersediaan air saat musim kemarau tiba,” kata Basuki dalam keterangan tertulis, Kamis (21/5/2020).

Berdasarkan hasil pantauan lapangan, total waduk operasional tercatat sebanyak 241 waduk, meliputi 16 waduk utama dengan volume ketersediaan air sebesar 4.721 miliar m3, dengan areal irigasi yang tepat dapat dilayani sebesar 512.515 Ha (96,57 persen) dari total 530.738 Ha.

Dari 16 bendungan atau waduk utama, 10 waduk memiliki tinggi muka air normal, meliputi: Jatiluhur, Cirata, Saguling, Batutegi, Sutami, Wonorejo, Bili-Bili, Kalola, Way Rarem, dan Ponre-Ponre. Sementara 6 waduk memiliki tinggi muka air di bawah normal meliputi: Kedungombo, Wonogiri, Wadas Lintang, Cacaban, Selorejo, dan Batu Bulan.

Selain waduk, Kementerian PUPR juga memantau ketersediaan air dari 4.227 embung dan 344 situ dengan volume tampungan total sebesar 338,8 m3.

Di samping itu disiapkan juga 7.914 sumur bor dengan memanfaatkan jaringan irigasi air tanah dan air baku seluas 118.652 Ha dan air tanah untuk air baku sebesar 2.386 m3/detik, 4.098 sumur bor berfungsi normal yang tersebar di 7 Provinsi, yakni Sumatera 488 sumur, Kalimantan 46 sumur, Sulawesi 701 sumur, Jawa 1.514 sumur, Bali – Nusa Tenggara 1.190 sumur, Maluku 2 sumur, dan Papua 148 sumur.

Sementara sisanya, sebanyak 3.816 sumur bor mengalami gangguan operasional.

 

Awal Kemarau

Embung Doho Wonogiri
Sejumlah pejabat dari Coca-Cola Foundation, Yayasan Obor Tani, Pemkab Wonogiri sedang berbincang di pinggir Embung Doho.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),perkiraan Awal Musim Kemarau 2020 akan terjadi pada bulan April, Mei (dominan), Juni, dan Juli, dan puncaknya akan terjadi di bulan Agustus hingga September 2020.

Dampak kekeringan (hidrologis) tersebut diprediksi akan terjadi terutama pada di 10 provinsi yaitu, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Sulsel, Bali, NTB, NTT, Maluku dan Papua dengan wilayah terdampak di 90 Kabupaten atau Kota.

Selain itu untuk pertanian, wilayah yang diprediksi akan terdampak khususnya di 10 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, NTB, NTT, Maluku, dan Papua dengan luas area irigasi terdampak 1.142.168 Ha.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya