Liputan6.com, Jakarta Pemerintah sedang menyiapkan strategi agar kekayaan alam Indonesia memiliki nilai tambah sebelum di ekspor. Ke depan, diharapkan tak ada lagi investasi seperti yang dilakukan PT Freeport.
Ini diungkapkan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. "Nilai tambah, tak ada lagi investasi yang masuk ke Indonesia hanya cangkul-cangkul seperti Freeport lalu ekspor raw materialnya, semua harus ada nilai tambah," ujar dia di Jakarta, Selasa (2/6/2020).
Baca Juga
Selama ini Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang tidak dimiliki negara lain. Namun, masalahnya tidak ada pengolahan yang tepat membuat kekayaan tersebut mendatangkan keuntungan besar bagi negara.
Advertisement
"Kekayaan kita, kita paling hebat diantara semua negara tapi kita hanya ekspor raw material itu yang Pemerintah Jokowi tidak mau begini terjadi lagi. Tetapi tidak bisa dilakukan hanya balik-tangan," jelas dia.
Â
Rumus Pemerintah
Pemerintah pun sudah merumuskan cara agar kekayaan alam mendatangkan pendapatan bagi Indonesia. Pertama, menyiapkan teknologi ramah lingkungan. Kedua, mendidik tenaga kerja agar mampu menggantikan posisi tenaga kerja asing saat ini.
"Apa rumus utama untuk investasi? Harus ramah lingkungan, mendidik tenaga kerja lokal tapi kalau belum sempat ya kita kasih waktu lima tahun tapi setelah itu harus diisi oleh Indonesia. Yang penting teknologi transfer tadi," jelasnya.
Kemudian menciptakan nilai tambah. Terakhir, menyeimbangkan antara investasi di daerah timur, tengah dan barat serta menggenjot investasi nikel yang saat ini dibutuhkan oleh seluruh negara.
"Kenapa pemerintah melihat investasi nikel penting? kendaraan listrik penting untuk mencapai Paris Agreement 2030, ini dunia. Ini artinya Indonesia akan jadi pemain, sekarang ini jangan ini dululah sok-sok mau paling hebat tapi nggak hebat. Kalau kita sudah punya teknologinya, raw materialnya dan punya prosesnya, kita bisa ngatur itu mimpi kita membuat Indonesia hebat dari waktu waktu yang lain," tandasnya.
Â
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement