Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) Arif Suhartono, menyatakan bahwa Pelindo II sudah mulai menerapkan kebijakan baru untuk meningkatkan layanan bisnis usai terdampak pandemi Covid-19. Salah satunya operasional bisnis dilakukan melalui digital.
"Digitalisasi itu saat mentransport dari old version ke new version. Digital ujungnya itu bagaimana scale up di bisnis, ujungnya unit customer," kata Arif melalui video conference, Rabu (17/6).
Dia mengatakan, melalui proses digitalisasi diharapkan bisnis perusahaan akan segera membaik. Digitalisasi pula diyakini efektif untuk mencegah penyebaran pandemi covid-19 di Tanah Air.
Advertisement
Namun, kata Arif, digitalisasi dalam operasional layanan bisnis saja tidak cukup. Oleh karenanya, ia mendorong seluruh jajarannya dapat meningkatkan perbaikan layanan usaha di segala bidang.
Baca Juga
Apalagi pasca pandemi ini, Arif meyakini jika seluruh perusahaan akan meningkatkan sistem digitalisasi dan optimalisasi layanan bisnis secara efektif. Sehingga, Pelindo II berkomitmen untuk mengadopsi sistem digitalisasi dan peningkatan layanan dalam menjalankan usahanya.
Adapun, penyesuaian layanan di sea side mencakup Inaportnet, Vessel management system, Marine operating system, hingga Vessel traffic service. Penyesuaian juga dilakukan pada layanan terminal side line 1 dan line 2, dari car terminal operating system sampai warehouse operating system.
"Fokus kita bagiamana meningkatkan layanan bisnis bagi customer. Kemudian, stakeholder yang lain juga melakukan transformasi digital. Finalnya itu new bisnis model," tegas dia.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Efek Corona, Pelindo II Sunat Anggaran Investasi Rp 1 Triliun
Akibat penurunan perdagangan (trading) yang terjadi di pelabuhan imbas pandemi Covid-19, PT Pelindo II (Persero)/IPC harus memangkas anggaran investasinya sebesar Rp 1 triliun.
Direktur Utama IPC, Arif Suhartono, menjelaskan bahwa investasi yang ditunda adalah investasi yang tidak berdampak langsung kepada pelayanan pelabuhan, seperti renovasi kantor.
“Investasi yang tidak memberikan dampak langsung dan memberikan dampak terhadap pelayanan kami hold dulu, kami lebih concern ke must-have investment-nya. Yang jelas di atas Rp 1 triliun,” bebernya.
Sementara untuk kebutuhan renovasi kantor, baik di pusat maupun cabang, selain memerlukan biaya yang sangat besar, hal ini juga tidak dilihat sebagai kebutuhan mendesak.
“Yang besar itu transformasi wajah Pelindo II, hampir di semua cabang pelabuhan, pusat ada, cabang ada. Relayouting tadi tidak berkaitan langsung dengan aktivitas proses. Sementara masih bagus. Kami hold dulu,” kata Arif
Advertisement