Indonesia Masih Punya Kesempatan Bangkitkan Ekonomi di 2020

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan untuk tahun 2020 pemerintah melihat proyeksi ekonomi ada pada kisaran -0,4 persen sampai dengan 1 persen.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Jun 2020, 12:30 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2020, 12:30 WIB
DPR dan Menteri Keuangan Bahas RUU Prioritas 2020
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat rapat konsultasi dengan DPR di Ruang Pansus B, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (16/12). Rapat membahas program Omnibus Law dan RUU Prolegnas Prioritas tahun 2020 terkait keuangan dan perkembangan makro fiskal dan keuangan negara. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan untuk tahun 2020 pemerintah melihat proyeksi ekonomi ada pada kisaran -0,4 persen  sampai dengan 1 persen.

“Hal ini upper end yang 2,3 persen kami revisi ke bawah dengan melihat kontraksi di Q2 (kuartal 2). Dengan kondisi covid dan pengaruhnya terhadap perekonomian kami mencoba untuk menyampaikan proyeksi dari indikator-indikator yang akan kita gunakan dalam perhitungan nota keuangan RAPBN 2021,” kata Sri dalam Rapat kerja Komisi XI DPR membahas Asumsi Dasar dalam KEM PPKF RAPBN 2021, Senin (22/6/2020).

Sebelumnya, ia telah menyampaikan dalam sidang kabinet minggu lalu. Menurutnya sekarang fokus dari pemerintah adalah mengejar agar Q3 dan Q4 ekonominya bisa kembali pulih dari kontraksi di Q2.

“Kita juga berharap bahwa kondisi bulan April-Mei yang merupakan kondisi yang terburuk, sehingga Juni-Juli kita sudah bisa melihat sedikit perbaikan dan momentumnya bisa dijaga di Q3 dan Q4,” ungkapnya.

Maka menjadi fokus pemerintah di dalam menggunakan instrumen kebijakannya dan tentunya dirinya bersama pihak terkait, akan terus mengawal agar pertumbuhan ekonomi di Q3 dan Q4 bisa terealisir dengan beban baik di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), maupun moneter bisa dijaga bersama.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Prediksi Dunia

Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). APBN 2019, penerimaan negara tumbuh 6,2 persen dan belanja negara tumbuh 10,3 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sri menambahkan bahwa inilah yang diharapkan bisa menimbulkan kepercayaan diri bagi Indonesia untuk bisa melihat proyeksi 2021, di mana pihaknya memperkirakan proyeksi 2021 pertumbuhannya ada di kisaran 4,5-5,5 persen.

“Kalau dibandingkan dengan lembaga internasional yang melakukan estimasi terhadap perekonomian Indonesia, seperti bank dunia untuk 2020, mereka memperkirakan pertumbuhan ekonominya hanya 0 persen dan tahun depan akan pulih diangka 4,8 persen,” ungkapnya.

Begitupun dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan Indonesia akan negatif 3,9 persen hingga -2,8 persen, tergantung akan terjadi second hit atau tidak.

“Kalau terjadi second hit atau second wave maka kontraksi tahun ini diperkirakan akan -3,9 dan kalau tidak terjadi akan -2,8 persen. Tahun depan OECD membuat proyeksi yang range sangat luas 2,6 hingga 5,2 persen,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya