Pemerintah Diminta Waspadai Dampak Iklim terhadap Stok Beras

Pada kemarau ekstrim tahun 2019 bahkan berdampak pada menurunnya produksi beras sebesar 7,76 persen.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 25 Jun 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2020, 11:00 WIB
Musim Kemarau, Harga Gabah Petani Alami Kenaikan
Petani memisahkan bulir padi dari tangkainya saat panen di sawah yang terletak di belakang PLTU Labuan, Pandeglang, Banten. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah dinilai perlu mengantisipasi dampak perubahan iklim pada ketersediaan stok beras dan komoditas pangan lainnya di berbagai daerah. Pendistribusian pun harus dikelola dengan baik ke seluruh wilayah Indonesia.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania mengingatkan bahwa pada kemarau ekstrim tahun 2019 bahkan berdampak pada menurunnya produksi beras sebesar 7,76 persen.

"Kondisi iklim yang tak menentu harus diwaspadai karena dapat berpengaruh pada penyerapan beras pada musim panen kedua tahun 2020, yang diprediksi oleh Bulog akan berlangsung sekitar September-November nanti. Jika melihat dari harga beras melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis nasional, harga beras cenderung berada di kisaran Rp 11,900 per kilogram atau stabil tinggi sejak April 2020," jelas dia dalam keterangannya, Kamis (25/6/2020).

Menurut dia, untuk menjaga kestabilan harga beras di semua wilayah di Indonesia, pendistribusian beras oleh Bulog harus dikelola dengan baik agar mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Pendistribusian yang merata bertujuan untuk menghindari terjadinya ketimpangan harga antara harga beras di wilayah yang surplus produksi berasnya dan wilayah yang produksinya mengalami defisit.

Perhitungan pun dikatakan harus dilakukan secara berkala, dengan mempertimbangkan kejadian-kejadian yang tidak dapat diprediksi, jangan sampai harga beras nanti terus berada dalam level tinggi atau perlahan naik.

"Karena jika perhitungan menunjukkan perlunya pengadaan beras dalam jumlah yang lebih banyak, mau tidak mau perhitungan untuk impor juga harus dilakukan jauh-jauh hari untuk menghindari keterlambatan akibat proses panjang impor yang harus dilalui," tegas Galuh.

 

Saksikan video di bawah ini:

Tak Impor

Beras
Ilustrasi Beras (Istimewa)

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menegaskan bahwa Indonesia tidak memerlukan opsi impor mengingat stok beras yang diperkirakan mencukupi untuk kebutuhan nasional hingga akhir Desember 2020.

Stok beras yang dikelola Bulog saat ini mencapai 1,4 juta ton. Volume tersebut dinilai masih terjaga dengan stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang harus dikelola Bulog di kisaran 1-1,5 juta ton.

"Sampai hari ini kita masih punya (stok beras) 1,4 juta ton, ini juga masih berlangsung penyerapan, jadi ini yang meyakinkan saya bahwa beras kita ini cukup untuk kegiatan sampai bulan Desember," katanya.

Saat ini Bulog masih memaksimalkan penyerapan produksi gabah petani dari panen musim pertama yang berlangsung April sampai Juni.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya