Survei SMRC: 71 Persen Masyarakat Sebut Ekonominya Memburuk Sejak Corona

Sekitar 71 persen masyarakat merasa kondisi ekonomi rumah tangganya sekarang lebih buruk dibandingkan sebelum pandemi corona.

oleh Tira Santia diperbarui 25 Jun 2020, 15:36 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2020, 15:30 WIB
Dampak COVID-19, Angka Kemiskinan dan Pengangguran Bakal Meningkat
Warga berada di seberang pemukiman padat di bantaran kali Ciliwung, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap proyeksi pemerintah terhadap angka kemiskinan naik dari 9,15 persen menjadi 9,59 persen akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)  mayoritas warga atau sekitar 71 persennya merasa kondisi ekonomi rumah tangganya sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk dibanding sebelum ada wabah pandemi covid-19.

Direktur Komunikasi SMRC Ade Armando, mengatakan survey melibatkan 1978 responden yang diwawancarai melalui telepon yang dipilih secara acak  dari populasi warga negara Indonesia  berusia 17 tahun ke atas pada 18-20 Juni 2020.

Ade menyampaikan bahwa sekitar 76 persen responden mengaku pendapatan merosot setelah adanya wabah. Kemudian Penilaian atas kondisi ekonomi nasional juga sangat buruk. Sekitar 85 persen merasa keadaan ekonomi nasional sekarang lebih buruk dibanding tahun lalu.

Begitupun dengan sentimen negatif atas kondisi ekonomi nasional pada masa covid-19 adalah tertinggi sejak awal reformasi. Sentimen negatif paling tinggi mencapai 92 persen pada survei 12-16 Mei 2020 lalu.

Kendati begitu, warga secara umum masih kurang optimis melihat kondisi ekonomi rumah tangga dan nasional ke depan.

“Hanya 44 persen yang menilai ekonomi rumah tangga tahun depan akan lebih baik, dan hanya 34 persen yang menilai ekonomi nasional tahun depan akan lebih baik dibanding sekarang,” kata Ade dalam rilis survei SMRC, Kamis (25/6/2020).

Namun demikian, dibanding temuan bulan lalu 4-5 Mei 2020, di mana yang merasa optimis dengan kondisi ekonomi nasional dan rumah tangga hanya 27-29 persen, optimisme warga sekarang dalam melihat kondisi ekonomi ke depan terlihat sedikit menguat.   

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Gara-Gara Corona, Kemiskinan Indonesia Diprediksi Naik 9,7 Persen di 2020

Dampak COVID-19, Angka Kemiskinan dan Pengangguran Bakal Meningkat
Suasana pemukiman padat penduduk di kawasan bantaran kali Ciliwung, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap proyeksi pemerintah terhadap angka kemiskinan naik dari 9,15 persen menjadi 9,59 persen akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Tahun ini, kemiskinan di Indonesia diperkirakan mengalami kenaikan utamanya imbas pandemi Covid-19 mencapai 9,7 persen, atau lebih tinggi 0,5 poin dari tingkat kemiskinan bulan September 2019.

Dengan demikian, Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial Kementerian PPN/Bappenas, Maliki menyebutkan perlunya intervensi untuk menekan pertumbuhan ini.  

"Skenario kita cukup berat karena memang pertumbuhan ekonomi masih relatif akan berubah-ubah, dan dengan skenario yang paling memungkinkan sekarang ini dan ini juga sudah didiskusikan dengan DPR pertumbuhan ekonomi akan mencapai sekitar -0,4 persen sampai 1 persen," ujar Maliki dalam webinar Pemanfaatan SEPAKAT untuk Pemulihan Dampak COVID-19 Terhadap Sosial Ekonomi Daerah, Rabu (24/6/2020).

Dengan skenario tersebut, kata Maliki, tingkat kemiskinan bisa mencapai 9,7 persen sampai dengan 10,2 persen, dimana pengangguran juga akan meningkat sekitar 8,1 - 9,2 persen. 

Masyarakat Rentan Terkena Dampak Corona

20160608-Wajah Kepadatan Penduduk Ibu Kota yang Carut Marut-Jakarta
Pemandangan perkantoran dan permukiman padat penduduk dari kawasan Jembatan Besi, Jakarta, 5 Juni 2016. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi memicu berbagai permasalahan, dari tata ruang, kemiskinan hingga kriminalitas. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Adapun masyarakat yang cukup rentan terkena dampak Covid-19 lebih besar adalah penduduk dengan pekerjaan di sektor informal. Menurut data Susenas, penduduk yang bekerja di sektor informal ini sekitar 65 persen.

"Pandemi ini akn menyebabkan pergeseran status sosial ekonomi dari miskin menjadi miskin, kemudian dari miskin menjadi miskin kronis, bahkan yang biasanya kita sebut menuju menengah itu pun sangat rentan untuk menjadi kelompok rentan," ujar dia.

Adapun kemungkinannya, dipaparkan Maliki sebesar 55 persen dengan urutan kelas atas, kelas menengah, menuju kelas menengah, rentan, miskin, dan miskin kronis. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya