Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa realisasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk koperasi dan UMKM belum terserap 100 persen.
“Di program Pemulihan Ekonomi Nasional sudah teralokasi Rp 124 triliun, untuk membantu relaksasi pembiayaan dan menyediakan pembiayaan baru. Untuk di koperasi sudah sekitar 24 persen, target kita di akhir Juli ini bisa 50 persen, kan program PEN sampai September, Insyallah sebelum September kita sudah mencapai 100 persen,” kata Teten dalam konferensi Pers Bersama BNPB, Rabu (15/7/2020).
Baca Juga
Sementara untuk PEN UMKM tersebut dibagi menjadi tiga. Pertama, insentif pajak PPh final UMKM ditargetkan mampu menyerap Rp 2,4 triliun. Namun untuk hal ini, realisasinya baru 8,3 persen yakni 192 ribu wajib pajak yang sudah memanfaatkan insentif pajak tersebut.
Advertisement
Kedua, relaksasi dan restrukturisasi kredit ditargetkan Rp 114,06 triliun. hal ini terdiri dari subsidi bunga KUR target Rp 4,967 triliun realisasinya baru 0,26 persen; subsidi bunga non KUR Rp 30,313 triliun realisasinya masih nol; dan penempatan dana untuk restrukturisasi UMKM targetnya Rp 78,78 triliun realisasinya 38 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perluasan Modal Kerja
Ketiga, perluasan modal kerja UMKM Rp 7 triliun, diantaranya penjainana modal kerja untuk UMKM sebesar Rp 6 triliun realisasinya masih nol. Sementara, untuk pembiayaan investasi kepada koperasi melalui LPDB baru mencapai 24 persen.
“Program restrukturisasinya yang menjadi mitra kami ada 40 koperasi yang melalui LPDB sudah 100 persen, pembiayaan modal kerja baru yang baru terserap 24 persen. Itu juga sangat tergantung pada koperasinya, dalam banyak kasus karena koperasi juga anggota-anggota yang usahanya terganggu, ketika kami menawarkan top up permodalan baru mereka banyak yang tidak mau,” katanya.
Advertisement
Sosial Ekonomi
Demikian, Teten menegaskan sebenarnya tugas Kementerian Koperasi dan UKM di tengah pandemi covid-19 ini lebih pada sosial ekonominya. Hal ini karena banyak UMKM yang terdampak karena PSBB. Lalu, banyak UMKM yang kehilangan kesempatan usaha.
“Mereka tidak sanggup lagi membayar cicilan, ini yang menjadi prioritas kami, kita coba dampingi diawal bagaimana mereka melakukan adaptasi bisnis dan inovasi produk, yang disesuaikan dengan permintaan market pasca pandemi covid-19,”pungkasnya.