Indonesia Bisa Hindari Resesi, Ini Caranya

Indonesia masih bisa menghindar dari resesi jika pertumbuhan ekonomi positif di triwulan III dan IV 2020.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Jul 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2020, 12:00 WIB
20161107-Ekonomi-RI-Jakarta-AY
Suasana gedung bertingkat nampak dari atas di kawasan Jakarta, Senin (7/11). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III 2016 mencapai 5,02 persen (year on year). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 tak kunjung usai. Pandemi ini bisa menyeret Indonesia dalam jurang resesi. Pasalnya, banyak kegiatan ekonomi yang lumpuh akibat pandemi ini, sehingga perputaran perekonomian terganggu. Belum lagi daya beli masyarakat yang melemah akibat berkurangnya pendapatan.

Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Umar Juoro mengungkapkan bahwa Indonesia juga berpotensi mengalami resesi. Namun lebih dangkal jika dibandingkan dengan yang terjadi pada Singapura saat ini.

“Jika puncak pandemi pada September, maka kemungkinan Indonesia mengalami resesi menjadi semakin besar karena kegiatan ekonomi terutama konsumsi dan investasi sangat terganggu. Hanya kemungkinan resesi di Indonesia lebih dangkal karena berbeda dengan Singapura yang bergantung besar pada ekonomi dunia, Indonesia ekonominya lebih domestik,” ujar dia kepada Liputan6.com, seperti ditulis Kamis (16/7/2020).

Singapura secara resmi mengalami resesi teknis. Pada kuartal ke-2 tahun 2020, ekonomi negara tetangga Indonesia tersebut minus hingga 41,2 persen akibat terhantam pandemi Covid-19.

Pada Januari hingga Maret, PDB Singapura terkontraksi 3,3 persen dibanding kuartal sebelumnya. Dibandingkan tahun sebelumnya, PDB Singapura anjlok 12,6 persen pada kuartal ke-2. Angka itu juga lebih parah dari proyeksi analis sebesar 10,5 persen.

Menurut Umar, Indonesia masih bisa menghindar dari resesi jika terjadi pertumbuhan ekonomi yang positif di triwulan ketiga dan keempat 2020. Dengan catatan, fokus untuk pemulihan demand side, atau daya beli.

“Indonesia masih bisa menghindar dari resesi, paling tidak dengan pertumbuhan positif di triwulan ketiga dan keempat, dg di triwulan kedua kemungkinan negatif. Fokusnya semestinya pada sisi permintaan (demand side),” kata dia.

Dalam hal ini, Pemerintah telah menggulirkan berbagai stimulus, mulai dari Program bantuan langsung tunai, kartu Prakerja, dan bantuan untuk pekerja yang terkena PHK. Selain itu juga ada Penurunan tarif PPN dan subsidi upah pekerja di industri padat karya sangat membantu menjaga permintaan dan mencegah PHK.

“Bagaimanapun kemampuan kita mengendalikan covid masih sangat menentukan jalannya perekonomian,” pungkas Umar. Dengan begitu diharapkan jurang resesi di Indonesia tidak terlalu dalam.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Masuk Jurang Resesi, Ekonomi Singapura Minus 41,2 Persen

Ilustrasi Singapura
Ilustrasi Singapura (AP/Wong Maye-E)

Sebelumnya, ekonomi Singapura secara resmi mengalami resesi teknis. Pada kuartal ke-2 tahun 2020, ekonomi negara tetangga Indonesia tersebut minus hingga 41,2 persen akibat terhantam pandemi Covid-19.

Prediksi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura lebih parah dari prediksi analis. Survey yang dilakukan Reuters menyatakan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara diperkirakan merosot 37,4 persen dari kuartal ke kuartal.

Adapun, resesi teknis didefinisikan sebagai pelemahan ekonomi dalam dua kuartal secara berturut-turut. Pada Januari hingga Maret, PDB Singapura terkontraksi 3,3 persen dibanding kuartal sebelumnya.

Lalu dibandingkan tahun sebelumnya, PDB Singapura anjlok 12,6 persen pada kuartal ke-2. Angka itu juga lebih parah dari proyeksi analis yang sebesar 10,5 persen.

Kinerja ekonomi negara tersebut kian melambat setelah pemerintah Singapura menerapkan lockdown parsial, yang diklaim dapat memutus tali penyebaran Covid-19.

Lockdown parsial itu sudah dilakukan sejak April dengan menghentikan aktivitas di tempat kerja kecuali untuk pelayanan publik yang penting dan esensial serta menutup sekolah sementara. Lockdown ini berjalan di kuartal ke-2 dan dilonggarkan pada awal Juni.

Dampaknya, tentu saja aktivitas ekonomi dan dunia usaha di Singapura terhantam. Permintaan domestik menurun demikian dengan permintaan global sehingga tidak ada yang dapat dijadikan pijakan agar ekonomi tumbuh.

Rincian

Secara rinci, pada kuartal ke-2 2020, sektor manufaktur tercatat masih tumbuh 2,5 persen dibanding tahun sebelumnya. Sektor konstruksi ambles 54,7 persen, dan sektor jasa merosot 13,6 persen, dibanding tahun sebelumnya.

Adapun Singapura sendiri menjadi negara dengan jumlah kasus positif Covid-19 terbanyak se-Asia Tenggara dengan catatan 46.200 orang positif Covid-19 dan 26 orang meninggal dunia, menurut data Kementerian Kesehatan Singapura. Pandemi ini mungkin akan menjerumuskan Singapura ke dalam resesi yang lebih parah. Pemerintahnya sendiri sudah memproyeksi kontraksi ekonomi 4 hingga 7 persen tahun ini.

Singapura sendiri sudah menggelontorkan SGD 100 miliar untuk stimulus di tengah pandemi. Alex Holmes, ekonom Capital Economist menyatakan, gelontoran stimulus itulah harapan Singapura untuk bisa segera bangkit.

"Kunci optimisme Singapura terletak pada jumlah stimulus yang digelontorkan pemerintah, yang mencapai 20 persen dari GDP," katanya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya