Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik tipis pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta) dan bertahan di atas level USD 1.800. Hal ini karena lonjakan kasus virus corona dan mendidihnya ketegangan AS-Cina yang mendorong permintaan safe-haven. Namun pasar ekuitas yang kuat membatasi kenaikan.
Meski demikian, harga emas di akhir tahun diprediksi bisa menembus angka USD 2.000 per ounce.
Dikutip dari CNBC, Kamis (16/7/2020), harga emas di pasar spot naik 0,2 persen menjadi USD 1.811,41 per ounce, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi sejak 9 Juli pada USD 1.814,40.
Advertisement
Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup tidak berubah pada USD 1.813,80.
"Lonjakan kasus yang dikonfirmasi, terutama di seluruh AS, langkah-langkah lockdown sedang dipulihkan, serta meningkatnya ketegangan geopolitik antara AS dan China, telah mendukung permintaan emas," kata Analis Standard Chartered Suki Cooper.
Pada Selasa pekan ini, Presiden Donald Trump memerintahkan untuk mengakhiri status khusus Hong Kong di bawah hukum AS, yang memberikan perlakuan ekonomi istimewa kepada kota tersebut. Ini mendorong Beijing untuk memperingatkan sanksi pembalasan.
"Ekuitas yang lebih kuat dan optimisme vaksin telah membatasi momentum kenaikan harga emas, mendukung selera risiko, tetapi minat investor yang mendasarinya tetap kuat," tambah Cooper.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Prediksi Harga Emas
Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures di Chicago Phillip Streible mengatakan harga emas dapat menyentuh USD 2.000 per ons pada akhir tahun. Hal ini didorong oleh suku bunga riil yang lebih rendah, stimulus fiskal besar-besaran dan ekonomi yang lemah.
Ini mencerminkan daya tarik untuk emas, kepemilikan dana yang diperdagangkan di bursa SPDR Gold Trust mendekati level tertinggi sejak April 2013.
Sementara di tempat lain, paladium naik 1,0 persen menjadi USD 1.979,74 per ons, platinum naik 0,5 persen menjadi USD 830,50 per ons, dan perak naik 0,7 persen menjadi USD 19,34.
Advertisement