Sri Mulyani soal Surplus Negara Perdagangan: Karena Impor Turun Tajam

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan posisi impor merosot tajam meski secara bulan terjadi kenaikan.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jul 2020, 10:30 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2020, 10:30 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Juni 2020 surplus sebesar USD 1,27 miliar. Surplus tersebut terjadi akibat nilai ekspor tercatat lebih tinggi sebesar USD 12,03 miliar dan nilai impor mengalami penurunan sebesar USD 10,76 miliar.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan di tengah situasi pandemi seperti ini kinerja ekspor Indonesia menunjukan trend positif. Sementara posisi impor merosot tajam meski secara bulan terjadi kenaikan.

"Ekspor kita mungkin masih cukup baik dan kita lihat sisi impornya menurun luar biasa tajam," kata Sri Mulyani di gedung DPR, Jakarta, Rabu (15/7/2020).

"Makanya neraca perdagangan kita nampaknya surplus bagus tapi itu surplusnya karena impor kita turunnya lebih tajam daripada ekspor kita, jadi nanti pengaruhnya ke produksi," sambung dia.

Bendahara Negara ini pun optimistis perekonomian nasional kembali pulih pada kuartal III-2020. Terlebih ada beberapa kegiatan ekspor yang akan menopang pergerakan ekonomi nasional dan neraca perdagangan.

"Kalau seandainya impor kita sudah bisa di substitusi, dan kuartal III kita sudah memperbolehkan APD di ekspor maka barang itu bisa menjadi penopang aktivitas ekonomi dan dari sisi neraca perdagangan tadi," tandas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Necara Perdagangan Juni 2020 Surplus USD 1,27 Miliar

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Aktifitas kapal ekspor inpor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,24 miliar . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2020 menunjukkan surplus USD 1,27 miliar dengan nilai ekspor USD 12,03 miliar dan nilai impor USD 10,76 miliar.

“Neraca perdagangan Juni 2020 ini menggembirakan karena ekspornya tumbuh, impornya juga tumbuh. Dan ekspornya tumbuh di semua sektor baik pertanian, industri, maupun pertambangan. Kembali, semoga menjadi sinyal positif pada bulan-bulan berikutnya,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto dalam video conference di Jakarta, Rabu (15/7/2020).

Dengan demikian, neraca perdagangan RI selama periode Januari-Juni 2020 berada pada posisi surplus USD 5,5 miliar. Angka tersebut naik dibandingkan neraca perdagangan pada periode yang sama 2019, yakni defisit USD 1,93 miliar.

“Dengan melihat posisi ini sebetulnya neraca perdagangan kita baik selama Juni 2020 maupun Januari-Juni 2020 bagus,” kata Kecuk. 

Kinerja Ekspor

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Kecuk menyebutkan bahwa kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas yang mencapai USD 580 juta miliar atau naik 3,8 persen dari bulan sebelumnya. Sementara ekspor nonmigas sebesar USD 11,45 miliar atau meningkat 15,73 persen.

Peningkatan nilai ekspor migas terjadi karena harga minyak mentah Indonesia (ICP) naik 42,9 persen menjadi 36,6 per barel pada Juni 2020.

Peningkatan ekspor nonmigas disumbang oleh ekspor industri pertanian 18,99 persen menjadi USD 280 juta, industri pengolahan naik 15,96 persen menjadi USD 9,6 miliar, dan industri pertambangan 13,69 persen menjadi USD 1,51 miliar. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya