Begini Siasat Pemerintah Tarik Utang dari Luar Negeri

Kemenkeu telah membayar utang negara Rp 421,5 triliun pada semester I.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 24 Jul 2020, 11:37 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2020, 11:17 WIB
Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Ilustrasi utang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Keuangan merealisasikan penerbitan utang sebesar Rp 421,5 triliun pada semester I-2020. besaran ini setara 34,5 persen dari target. Dari total realisasi tersebut, salah satunya berasal dari penerbitan pinjaman program sebesar USD 1,8 miliar.

Adapun penerbitan pinjaman semester I ini berasal dari 5 mitra, yakni World Bank (WB), Asian Development Bank (ADB), Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW), Agence Francaise de Developpement (AFD), dan dari Japan International Cooperation Agency (JICA).

“Di semester I, ditarik dari WB, ADB, KFW, AFD, dan dari JICA. Tapi WB seperti biasa, dan ADB ada beberapa paket. Jadi bukan berarti WB sudah habis, dan nggak ada lagi semester II. Bukan berarti semester 1 ADB, tidak akan ada lagi di semester II. Itu totalnya USD 1,8 billion dari 5 mitra kita,” jelas Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Luky Alfirman dalam Dialogue Kita edisi Juli 2020, Jumat (24/7/2020).

Sebagai salah satu upaya mengelola risiko, pembayaran kali ini menggunakan Euro. “Tadi kita lihat, misalnya Euro itu kuponnya sudah 0 persen, makanya kita konversi ke Euro. Jadi kita bunganya 0 persen sebetulnya, tapi dalam mata uang Euro,” kata dia.

“Ini salah satu contoh yang kita lakukan dalam pengelolaan risiko. Misalnya ada outstanding utang, kitake ADB karena saat ini Euro dan Yen sedang murah. Kemudian kita konversikan, kita negosiasikan dengan lembaga mitra kita, ADB (Asian Development Bank), akhirnya kita bisa mengconvert sampai USD 8,3 miliar,” jelas Luky.

Adapun besaran dari masing-masing mitra, yakni World Bank USD 300 juta, ADB €462 juta (ekv. USD 500 juta), KfW € 500 juta, AFD € 100 juta, dan JICA ¥ 31.800 juta.

“Kita mengelola resiko. Biasanya kita mulai dalam USD, sekarang kita dalam Euro. Dan euro pun sekarang juga lagi bagus. Ini kita lagi diuntungkan. Tapi kita nggak berani semua. Karena tadi kita sampaikan, kita mengelola risiko di sini,” tukas dia.

Tonton Video Ini

Realisasi Pencairan Utang Pemerintah Capai Rp 421,5 Triliun di Semester I 2020

Tingkat Utang RI Paling Rendah di Asia
Dari hasil riset HSBC menyebutkan, Singapura menjadi negara dengan tingkat utang tertinggi, yaitu mencapai 450 persen terhadap PDB.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mencatat, realisasi pembiayaan utang yang sudah mencapai 34,5 persen dari target atau mencapai atau Rp 421,5 triliun.

Luky memaparkan, pembiayaan utang semester I 2020 terutama bersumber dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar domestik melalui lelang dan non-lelang. Diantaranya, penerbitan SBN valas semester I yang mencapai Rp 145,7 triliun.

“Pebiayaan utang, realisasi semester I sudah mencapai Rp 421,5 triliun, dimana SBN nettonya sudah mencapai Rp 430,4 triliun. Jadi SBN valas ktia ada berapa? semester I sudah USD 9,9 miliar, atau Rp 145 triliun. Ada 3 penerbitan global bond, di Januari, April, dan global sukuk di bulan Juni. Kita terbitkan SBN ritel 2 kali dan cash wakaf link sukuk,” terang Luky.

Adapun nilai dari ketiga global bond tersebut penerbitan SBN ritel sebesar Rp 14,4 triliun. INi termasuk penerbitan sukuk wakaf. Pengertian pinjaman program USD 1,8 miliar, dan penarikan pinjaman proyek Rp 5,3 triliun.

“Ini salah satu contoh yang kita lakukan dalam pengelolaan risiko. Misalnya ada outstanding utang, kitake ADB karena saat ini Euro dan Yen sedang murah. Kemudian kita konversikan, kita negosiasikan dengan lembaga mitra kita, ADB (Asian Development Bank), akhirnya kita bisa mengconvert sampai USD 8,3 miliar,” kata Luky.

Memang kita bayar dalam bentuk Euro, tapi suku bunganya itu sudah hampir 0 persen. Jadi sangat kecil. Nah itu salah satu contoh bagaimana kita mengelola portofolio risiko kita,” imbuh dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya