Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Bina Marga secara bertahap terus membangun jalan paralel perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat (Kalbar) sepanjang 811,32 km.
Jalan paralel perbatasan Kalbar terbagi menjadi 607,81 km berstatus jalan non-nasional dan 203.51 km jalan nasional. Hingga Juli 2020, jalan paralel tersebut telah tembus seluruhnya dari Temajok hingga batas Provinsi Kalbar/Kaltim.
Baca Juga
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Barat Ditjen Bina Marga Herlan Hutagaol mengatakan, seluruh ruas yang masih berupa hutan dari Temajok-Aruk-Badau-Putusibau-Naga Era-Batas Kaltim telah dibuka oleh Zeni TNI Angkatan Darat.
Advertisement
"Tetapi masih terdapat badan jalan di beberapa ruas yang sudah dibuka TNI masih belum memenuhi syarat gradenya, sehingga memerlukan perbaikan alignement baik vertical maupun horizontal. Jadi secara bertahap akan kita perbaiki sesuai ketentuan maksimal kelandaian untuk jalan nasional," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (29/7/2020).
Berdasarkan catatan Kementerian PUPR, jalan paralel perbatasan Kalbar secara rata-rata memiliki lebar minimal 6 meter dan ruang milik jalan (Rumija) antara 15-25 meter.
Dari seluruh jalan yang telah tembus, saat ini kondisinya sudah teraspal sepanjang 318,89 km (39,30 persen), lapisan agregat sepanjang 195,96 km (24,15 persen), dan masih berupa perkerasan tanah 296,47 km (36,54 persen).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Anggaran Rp 247 Miliar
Pada 2020, Kementerian PUPR melalui Ditjen Bina Marga melakukan refocusing pagu anggaran, sehingga dana yang tersedia hanya sebesar Rp 247 miliar.
Anggaran tersebut dipakai untuk pembangunan ruas Temajuk-Aruk sepanjang 5,8 km, pekerjaan lapis permukaan ruas Aruk–Batas Kecamatan Siding/Seluas sepanjang 6,8 km, pembangunan Jalan Ruas Batas Kecamatan Siding/Seluas-Batas Kecamatan Sekayan/Entikong sepanjang 5,6 km.
Kemudian pembangunan Jalan Batas Kapuas Hulu/Sintang-Nanga Badau sepanjang 47 km, ruas Nanga Era-Batas Kaltim sepanjang 6,4 km, dan pemeliharaan rutin ruas Temajuk-Nanga Badau dan Nanga Era-Batas Kaltim sepanjang 471,9 km.
Selain itu juga dilakukan pembangunan 3 jembatan yakni di ruas Jalan Batas Kecamatan Siding/Seluas–Batas Kecamatan Sekayan/Entikong (300 meter), Jembatan Ruas Jalan Entikong - Rasau–Badau (859 meter), dan Jembatan Ruas Jalan Nanga Era-Batas Kaltim (390 meter).
Selain masih memerlukan peningkatan kualitas kondisi jalan, Herlan menambahkan, saat ini juga masih terdapat 21 jembatan dengan bentang 20-80 meter dan total panjang 845 meter yang belum ditangani. Kebutuhan biayanya mencapai Rp 303,4 miliar.
"Diperkirakan tahun 2024 semua jembatan sudah selesai dikerjakan dan fungsional jalan bisa lancar," ujar Herlan.
Advertisement
Kebutuhan
Secara keseluruhan, kebutuhan anggaran untuk proses pengaspalan dan perbaikan geometrik jalan paralel perbatasan Kalbar hingga akhir 2024 diperkirakan sebesar Rp 3,5 triliun. Dana tersebut akan membuat ruas jalan jadi fungsional untuk dilewati kendaraan roda empat, termasuk untuk pembangunan jembatan.
Sedangkan untuk penuntasan aspal (black top) pada ruas jalan Nanga Era-Batas Kaltim ditargetkan selesai akhir 2026. Kebutuhan biayanya mencapai Rp 4,5 triliun.
"Saat ini sudah ada pergerakan menuju tempat wisata Temajok. Kalau sebelumnya warga Indonesia yang ke wilayah Malaysia, sekarang warga Malaysia banyak yang ke wilayah Indonesia. Dulu warga Indonesia di perbatasan biasanya berhari-hari jalan kaki dan naik motor belanja ke wilayah Malaysia, sekarang sudah belanja ke ibu kota kecamatan atau desa terdekat karena sudah banyak toko," tutur Herlan.