Sesuai Prediksi, Konsumsi Rumah Tangga Jadi Biang Kerok Ekonomi Indonesia Minus

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2020 turun hingga minus 5,51 persen

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Agu 2020, 15:25 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2020, 14:10 WIB
5 Food Court Instagramable di Surabaya, Hits dan Murah
Surabaya punya food court Instagramable yang wajib dikunjungi! (Sumber: Instagram/@otwsurabaya)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2020 turun hingga minus 5,51 persen. Angka tersebut jauh merosot di bawah konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2020 sebesar 2,83 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pelemahan terdapat pada seluruh komponen konsumsi rumah tangga. Hanya dua yang tumbuh melambat, yaitu komponen perumahan dan pelengkapan rumah tangga serta komponen kesehatan dan pendidikan.

"Apa yang terjadi pada konsumsi rumah tangga, sehingga mengalami kontraksi yang dalam sebesar 5,51 persen. Seluruh komponen rumah tangga mengalami kontraksi," ujar Suhariyanto di Jakarta, Rabu (5/8/2020).

Pertumbuhan negatif paling dalam terlihat pada restoran dan hotel. Penjualan eceran juga mengalami kontraksi pada seluruh kelompok penjualan, antara lain makanan, minuman, dan tembakau.

"Penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor juga mengalami kontraksi. Jumlah penumpang angkutan rel, laut dan udara terkontraksi. Nilai transaksi uang elektronik, kartu debit dan kartu kredit terkontraksi," jelasnya.

 

Komponen yang Tumbuh

BPS Pastikan Penurunan Ekspor Impor Januari Bukan Pengaruh Virus Corona
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyampaikan keterangan terkait kondisi ekspor dan impor pada Januari 2020 di Gedung BPS, Jakarta, Senin (17/2/2020). Nilai ekspor dan impor Januari 2020 terkoreksi mengalami penurunan dibandingkan posisi bulan sebelumnya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dua komponen rumah tangga yang masih tumbuh tetapi melambat adalah perumahan dan perlengkapan rumah tangga. Hal tersebut terlihat dari konsumsi listrik yang meningkat dibanding biasanya.

"Di sana bisa terlihat bahwa volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga itu masih tumbuh 11,99 persen. Sementara kesehatan dan pendidikan indikatornya adanya klaim bruto BPJS Kesehatan dan ketenagakerjaan," ucapnya.

Sebelumnya

Target Pertumbuhan Ekonomi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Ekonom Institute for Development on Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, bahkan memperkirakan ekonomi pada kuartal II ini akan terkontraksi hingga 3,88 persen.

“Kuartal II diperkirakan ekonomi akan tumbuh minus 3,26 sampai 3.88 persen,” ujar Bhima kepada Liputan6.com, Rabu (4/7/2020).

Bhima menyebut, penyebab ambruknya pertumbuhan ekonomi di antaranya pelemahan konsumsi rumah tangga. Padahal, selama ini kelompok pengeluaran ini menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi domestik.

“Perlambatan konsumsi rumah tangga dan lambatnya realisasi stimulus disertai rendahnya aktivitas manufaktur jadi penyebab utama anjloknya perekonomian pada kuartal II,” kata dia.

Di sisi lain, Bhima menilai penanganan pandemi Covid-19 yang lambat dan kebingungan kebijakan kesehatan, memperparah kepercayaan konsumen untuk berbelanja. “Padahal, tanpa adanya penanganan pandemi yang optimal, sulit mengharapkan adanya pemulihan ekonomi dalam waktu singkat,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya