Hindari Resesi, Pemerintah Genjot Belanja Kementerian dan Lembaga

Pemerintah mempercepat belanja kementerian dan lembaga sehingga bisa membawa Indonesia menjauh dari resesi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 05 Agu 2020, 18:42 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2020, 18:42 WIB
Target Pertumbuhan Ekonomi
Gedung bertingkat mendominasi kawasan ibu kota Jakarta pada Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Di ambang resesi, pemerintah terus menggenjot belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) di kuartal III. Hal ini untuk memulihkan sisi permintaan dari masyarakat yang terimbas pandemi covid-19. Sehingga pemulihan ekonomi dapat diakselerasi, dan membawa Indonesia menjauh dari resesi.

Kepala Badan Kebijakan fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, seiring dengan implementasi kebijakan kenormalan baru yang di berbagai daerah, akselerasi pemulihan aktivitas sosial dan ekonomi diharapkan berjalan dengan percepatan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk menghindari resesi.

Dalam kesempatan berbeda, Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Raden Pardede dalam video konferensi memaparkan hal serupa. Belanja pemerintah, penyerapan anggaran akan digenjot di kuartal III dan kuartal IV.

"Setiap hari Kemenkeu dan Kemenko menyisir satu persatu belanja K/L dan belanja PEN yang Rp 695,2 triliun harus diserap habis,” kata dia, Rabu (5/8/2020).

Dengan serapan tersebut, diharapkan ada perkembangan di lapangan. Sehingga masyarakat yang paling membutuhkan akan memiliki tambahan daya beli dan konsumsi. Dengan begitu ekonomi bisa tumbuh dan resesi bisa dihindari.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Belanja Pemerintah

Pandemi COVID-19 Pengaruhi Kesejahteraan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Warga bersandar di salah satu tiang JPO di kawasan Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Rabu (8/7/2020). Wabah Covid-19 memengaruhi kondisi kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 yang diproyeksikan -0,4 sampai dengan 1,0 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, Ekonom Institute for Development on Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira juga menyoroti belanja pemerintah untuk pemulihan ekonomi yang masih lambat.

“Perlambatan konsumsi rumah tangga dan lambatnya realisasi stimulus disertai rendahnya aktivitas manufaktur jadi penyebab utama anjloknya perekonomian pada kuartal II,” kata dia.

Disisi lain, Bhima menilai penanganan pandemi covid-19 yang lambat dan kebingungan kebijakan kesehatan, memperparah kepercayaan konsumen untuk berbelanja.

“Padahal tanpa adanya penanganan pandemi yang optimal, sulit mengharapkan adanya pemulihan ekonomi dalam waktu singkat,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya