Istana: Indonesia Masih Punya Peluang Hindari Resesi

Indonesia masih bisa menghindari resesi jika pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal III 2020 dapat mencapai nilai positif.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Agu 2020, 11:40 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2020, 11:40 WIB
20161107-Ekonomi-RI-Jakarta-AY
Suasana gedung bertingkat nampak dari atas di kawasan Jakarta, Senin (7/11). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III 2016 mencapai 5,02 persen (year on year). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta menjelaskan saat ini Indonesia masih bisa menghindari resesi. Hal tersebut jika pertumbuhan ekonomi pada kuartal III secara tahunan akan capai nilai positif.

"Indonesia masih bisa menghindari resesi jika pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal III ini secara tahunan dapat mencapai nilai positif," kata Arif dalam pesan singkat, Senin (10/8).

Dia menjelaskan jika Indonesia juga saat ini belum mencapai resesi. Sebab konsensus semua ekonomi diseluruh dunia menyatakan resesi adalah pertumbuhan negatif perekonomian berturut-turut selama 2 kuarta dihitung secara tahunan.

"Jika sebuah negara mengalami pertumbuhan negatif selama 2 kuartal berturut-turut dihitung secara quartalan (q-t-q) bukan secara tahunan (y-o-y) maka itu belum bisa disebut mengalami resesi," ungkap Arif.

Dia menjelaskan pertumbuhan negatif pada kuartal II sudah diprediksi sebelumnya lantaran munculnya wabah Covid-19. Kemudian kata dia Pada kuartal I kita masih tumbuh positif 2,97 persen year of year (y-o-y).

"Dikuartal III kita punya peluang kembali ke level positif setelah bergeraknya lagi aktivitas perekonomian dengan protokol adaptasi kebiasaan baru (AKB)," kata Arif.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Percepat Realisasi Anggaran PEN

Suharso Monoarfa
Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Andrinof Chaniago mendorong pemerintah untuk mempercepat realisasi anggaran program pemulihan ekonomi (PEN) di kuartal III-2020. Dengan demikian, akselerasi pertumbuhan ekonomi di kuartal tersebut dapat kembali terdongkrak.

"Kuartal III mau tidak mau anggaran harus jalan kita akan gerakan ekonomi," kata dia dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (9/8).

Mengenai besaran pertumbuhan angkanya, dirinya tidak bisa memastikan. Hanya saja pertumbuhan kuartal III dapat lebih baik dari yang terjadi pada sebelumnya di kuartal II-2020.

"Soal angka besar kemungkinan tidak seperti kuartal II dan akhir tahun masih tanda tanya. Kalau liat ramalan-ramalan (akhir tahun) kita bisa minus juga nol. Ini kesiapan psikologi saja," katanya.

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com


Ekonomi Indonesia Minus 5,32 Persen, BPS Sebut Dampak Corona Luar Biasa Buruk

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Pandangan udara permukiman padat penduduk di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 sebesar -5,32 persen. Dengan demikian, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi semester I tahun ini tercatat mengalami kontraksi sebesar 1,26 dibandingkan semester I tahun lalu.

"Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2020 secara yoy mengalami kontraksi 5,32 persen. Kalau dibandingkan secara Q to Q dengan triwulan I maka pertumbuhan ekonomi sebesar -4,19 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Jakarta, Rabu (5/8).

Suhariyanto mengatakan, pandemi Virus Corona membawa dampak yang luar biasa bagi perekonomian. Beberapa negara di dunia mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi.

"Catatan peristiwa mengenai apa yang terjadi di triwulan II-2020, Covid-19 membawa dampak yang luar biasa buruk dan membawa efek domino masalah kesehatan ke masalah ekonomi dan sosial," paparnya.

Negara negara di dunia, kata Suhariyanto, berupaya menyelamatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengutamakan kesehatan rakyatnya. Hal tersebut juga dilakukan oleh Indonesia.

"Virus Corona juga enghantam UMKM hingga koorporasi. Banyak kebijkan yang dilakukan oleh berbagai negara semuanya mengutamakan kesehatan," tandasnya.

  


Pertumbuhan Ekonomi Minus 5,32 Persen di Kuartal II-2020, Indonesia di Ambang Resesi

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2020 Minus 5,32 Persen
Anak-anak bermain di bantaran Kanal Banjir Barat dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Kamis (6/8/2020). Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II/2020 minus 5,32 persen akibat perlambatan sejak adanya pandemi COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2020. Di atas prediksi, ekonomi Indonesia mengalami minus 5,32 persen.

Sebelumnya, pemerintah memproyeksi ekonomi Indonesia akan terkontraksi di angka -4,3 persen. Hal ini diungkapkan Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, ekonomi Indonesia juga terkontraksi secara year quartal to quartal (q to q) yang sebelumnya 2,97 persen (kuartal I 2020).

"Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I 2020 dibandingkan semester I 2019 terkontraksi 1,29 persen," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).

Dirinya menjelaskan, pandemi Corona yang melanda Indonesia sejak awal tahun menjadi penyebab utama penurunan ini.

Pandemi Covid-19 telah menciptakan efek domino dari masalah sosial dan ekonomi, dan dampaknya menghantam seluruh lapisan masyarakat mulai dari rumah tangga, UMKM hingga korporasi.

Harga komoditas migas dan hasil tambang di pasar internasional pada kuartal II 2020 secara umum mengalami penurunan baik q to q maupun yoy, sementara harga komoditas makanan seperti gandum, minyak kelapa sawit dan kedelai mengalami penurunan q to q, tetapi meningkat secara yoy.

"Di satu sisi negara mengutamakan kesehatan dengan menerapkan lockdown, PSBB dan lainnya, di sisi lain pemerintah juga berupaya agar tingkat ekonomi berjalan. Dan untuk menyeimbangkannya bukan persoalan gampang. Dan bisa dilihat, banyak negara yang mengalami kontraksi," kata Suhariyanto. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya