Anggur hingga Jeruk Jadi Penyumbang Defisit Dagang Indonesia Terbesar

Ditinjau dari aspek perdagangan, saat ini neraca perdagangan buah-buahan Indonesia masih defisit Rp19,1 triliun

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Agu 2020, 18:40 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2020, 18:40 WIB
Manfaat Buah Anggur
Buah anggur (Sumber: iStockphoto.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinator bidang Perekonomian mendorong pemulihan ekonomi nasional melalui peluncuran Gelar Buah Nusantara (GBN) ke-5. Gelaran ini sejalan dengan Gerakan Bangga Buatan Indonesia (GBBI) yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo sejak Mei lalu.

Gelar Buah Nusantara ini bertujuan untuk menggali potensi bisnis komoditas buah asli nusantara, mensosialisasikan buah asli nusantara kepada masyarakat konsumen Indonesia dalam rangka mengurangi konsumsi buah impor, sekaligus mendorong peningkatan agribisnis buah asli nusantara.

“Pemerintah mendorong agar buah asli nusantara menjadi pemain utama pasar buah dalam negeri sekaligus guna peningkatan ekspor, agar dapat meningkatkan pendapatan petani,” ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Peluncuran Gelar Buah Nusantara ke-5, Jakarta, Senin (10/8/2020).

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS September 2019, rata-rata konsumsi buah oleh masyarakat Indonesia hanya 41,95 kkal/kapita/hari, atau sekitar 67 gram/kapita/hari.

"Angka tersebut masih jauh di bawah rekomendasi konsumsi buah oleh WHO yaitu sebesar 150 gram/kapita/hari,” tuturnya.

Ditinjau dari aspek perdagangan, saat ini neraca perdagangan buah-buahan Indonesia masih defisit Rp19,1 triliun. Besarnya defisit ini dipengaruhi terutama oleh impor 4 jenis buah-buahan yaitu anggur, apel, jeruk, dan pir dengan total nilai impor sebesar Rp16,7 triliun. Sedangkan untuk jenis buah-buahan yang memberikan kontribusi ekspor yang besar adalah manggis, nanas, pisang, salak, dan mangga dengan nilai Rp986,1 miliar.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Impor Menurun

Ilustrasi buah apel (iStock)
Ilustrasi buah apel (iStock)

Terlebih dalam masa pandemi Covid-19, impor buah pada triwulan I 2020 mengalami penurunan sebanyak 14,5 ribu ton, turun 45 persen dibandingkan impor di bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2019, impor buah turun hingga 54 persen.

Sementara dari sisi produksi, buah lokal mengalami tren kenaikan produksi rata-rata dalam 4 tahun terakhir sebesar 10,12 persen. "Kenaikan produksi buah lokal meningkatkan peluang ekspor sekaligus juga substitusi buah impor, mengingat permintaan akan buah lokal juga meningkat sejak pandemi Covid-19, khususnya buah yang dapat meningkatkan imunitas tubuh dan memberikan manfaat kesehatan,” kata Airlangga.

Di tengah kontraksi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020, memang sektor pertanian justru tumbuh mencapai 16,24 persen, tertinggi di antara sektor terbesar lainnya seperti industri, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan.

Pertumbuhan tersebut menunjukkan ketahanan sektor pertanian dalam masa pandemi Covid-19. Hal ini tak terlepas oleh beberapa kondisi yaitu sektor pertanian berkaitan dengan kebutuhan pangan, sehingga permintaannya stabil kegiatan pada sektor pertanian lebih mudah beradaptasi dengan protokol kesehatan; dan bertambahnya tenaga kerja yang beralih ke sektor pertanian.

“Saya berharap program ini dapat terus digulirkan dan dapat menjadi gerakan berkelanjutan yang dapat menjadi momentum kebangkitan buah nusantara dan memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk mencintai produk buah lokal, serta meningkatkan konsumsi buah nusantara dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional,” tandas Menko Airlangga.

 

Anggun P. Situmorang

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya