Liputan6.com, Jakarta - 2020 menjadi tahun yang menantang bagi banyak orang. Akibat pandemi covid-19, orang-orang menghabiskan banyak waktu di dalam rumah untuk menekan persebaran virus tersebut.
Pada situasi seperti ini, orang-orang mendambakan hunian yang nyaman untuk melakukan berbagai aktivitas dari rumah. Orang-orang mulai memikirkan untuk membeli real estate saat harga tengah berada di titik terendahnya.
Baca Juga
Kabar baiknya, seiring dengan pasar yang lambat, ekonomi lemah akibat pandemi ini, calon pembeli berkesempatan mendapatkan penawaran fantastis untuk rumah baru. Yang mungkin tidak mampu mereka beli sebelumnya.
Advertisement
Dilansir dari laman Forbes, Minggu (15/8/2020), berikut 3 alasan orang membeli real estate di tengah pandemi:
Mengapa begitu banyak orang bergerak di tengah pandemi? Berikut tiga alasan (cukup cerdas):
1. Harga Real Estate Turun
Menurut laporan Miller Samuel dan Douglas Elliman, pada kuartal kedua tahun 2020, penjualan real estate New York City (NYC) turun 54 persen. ni merupakan penurunan terbesar dalam 30 tahun.
Dengan aktivitas yang rendah, penjual yang putus asa, dan kemerosotan ekonomi, pasar bergeser dengan cepat dan sepenuhnya mengarah pada keinginan pembeli. Harga jual rata-rata di NYC turun menjadi hanya USD 1 juta, 18 persen lebih rendah dari statistik tahun sebelumnya untuk kawasan Manhattan.
Di California, Orange County Register melaporkan penurunan harga 5,2 persen dibandingkan tahun lalu. Perusahaan data perumahan CoreLogic memperkirakan akan ada penurunan harga 6,6 persen dari tahun ke tahun secara nasional pada Mei 2021.
2. Orang Mulai Menyadari Pentingnya Rumah
Bukan hanya karena orang-orang "terjebak" di rumah mereka selama pandemi. Lebih jauh dari itu, rumah pada akhirnya menjadi tempat "aman" untuk singgah selama waktu yang menakutkan (re: pandemi).
Disadari atau tidak, karantina (self quarantine) ini seakan-akan menjadi kampanye terbesar untuk nilai real estat. Dimana orang-orang telah terinspirasi untuk berinvestasi lebih banyak untuk rumah mereka.
Advertisement
3. Rumah Sekarang Menjadi Kantor
Selain pekerja esensial, sebagian besar orang saat ini mendapati diri mereka bekerja dari rumah selama pandemi berlangsung. Bekerja dari sofa atau meja dapur tanpa ruang kantor yang tepat bisa jadi sulit, terutama jika luasnya terbatas (dan dibagikan dengan anak-anak, pasangan, atau hewan peliharaan).
Setelah menjadi jelas bahwa budaya bekerja dari rumah tetap ada (setidaknya untuk waktu dekat), orang menyadari bahwa mereka membutuhkan lebih banyak ruang.
Selain itu, ada insentif finansial lain untuk pembeli yang bekerja dari rumah. Dimana; jika rumah Anda juga menjadi kantor, sebagian hipotek Anda dapat diklaim atas pajak Anda sebagai deduksi ‘home-office’.
Industri real estate boleh jadi kehilangan taringnya imbas pandemi covid-19. Namun tak mengapa, meski dengan harga yang anjlok, setidaknya masih dapat menarik pembeli dan mencatatkan penjualan.